Internasional

Modal Jualan Aplikasi Kencan Saat WFH, Emiten Ini Raup Rp 2 T

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
Kamis, 12/08/2021 09:47 WIB
Foto: Founder and CEO of Bumble, Whitney Wolfe Herd (AP/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Aplikasi kencan virtual tampaknya menemukan momentum di tengah pandemi Covid-19 yang membuat orang harus menjaga jarak fisik dan banyak melakukan work from home (WFH), tidak terkecuali bagi perusahaan asal Texas Amerika Serikat (AS), Bumble Inc.

Bumble tercatat di Bursa Nasdaq AS, satu dari dua bursa Wall Street, dengan kode saham BMBL, harga terakhir sahamnya naik 2,23% di US$ 47,67/saham atau setara dengan Rp 684.000/saham (kurs Rp 14.350/US$), per Rabu waktu AS (11/8).

Perusahaan pemilik aplikasi kencan Bumble dan Badoo ini memperkirakan pendapatan kuartal ketiga tahun ini akan kembali naik melampaui estimasi analis, seiring lonjakan pelanggan berbayar era pandemi membantu perusahaan menahan dampak yang ditimbulkan oleh Covid-19 varian Delta


Dalam rilis laporan keuangan perusahaan, Rabu (11/8/2021), pendapatan Bumble pada kuartal kedua tahun ini naik 38% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi US$ 186,2 juta atau setara dengan Rp 2,67 triliun, dibandingkan dengan estimasi Refinitiv IBES sebesar US$ 178,7 juta (Rp 2,56 triliun).

Aplikasi Bumble menyumbang pendapatan US$ 127,3 juta atau setara Rp 1,83 triliun, nyaris Rp 2 triliun, naik 55% secara yoy. Sementara, aplikasi Badoo dan pendapatan lainnya tumbuh 11% menjadi US$ 58,9 juta.

Sepanjang triwulan kedua, total pengguna berbayar meningkat 20% menjadi 2,9 juta. Kemudian, total pendapatan rata-rata per pengguna yang membayar (ARPPU) meningkat menjadi US$ 20,88, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya US$ 18,12.

Sementara, Bumble masih mencatatkan rugi bersih sebesar US$ 11,1 juta (Rp 157,85 miliar) dan margin rugi bersih (6,0)%, dibandingkan dengan rugi bersih US$ 5,5 juta (Rp 71,75 miliar) dan marjin rugi bersih (4,0)% pada periode kuartal II tahun lalu.

Bumble memperkirakan pendapatan sebesar US$ 195 juta hingga US$ 198 juta pada kuartal ketiga tahun ini, melampaui perkiraan analis rata-rata sebesar $191,2 juta, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.

Sepanjang tahun, Bumble berhasil mencatatkan pendapatan US$752 juta hingga US$ 762 juta.

Melansir Reuters, saham Bumble (BMBL), yang diperdagangkan di bursa Nasdaq AS melonjak 2,23% pada perdagangan Rabu (12/8) waktu setempat, karena perusahaan yang berbasis di Texas juga melampaui perkiraan pendapatan kuartalan setelah total pengguna yang membayar naik 20% menjadi 2,9 juta.

Aplikasi kencan, seperti Bumble dan saingannya dari Match Group Inc. (MTCH) Tinder, tumbuh tahun lalu ketika orang-orang yang melakukan isolasi akibat lockdown beralih ke kencan virtual untuk menemukan kembali romansa mereka.

Saat ini, dengan varian Delta yang mengancam pemulihan ekonomi As yang mulai pulih, investor tampaknya kembali menimbang bagaimana prospek aplikasi kencan ke depannya.

Bumble mengatakan, pihaknya yakin dengan kinerja perusahaan untuk sisa tahun ini, karena terus melihat tren positif di seluruh platform, "bahkan di beberapa pasar yang paling terpengaruh."

"Ketika Covid semakin cepat naik dan kesepian meningkat, orang-orang beralih ke kami untuk menjalin koneksi," kata CEO Bumble Whitney Wolfe Herd dalam konferensi pers mengenai laporan pendapatan sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (11/8/2021).

Herd menambahkan bahwa Bumble melihat peningkatan keterlibatan (engagement) dan aktivitas di India juga, bahkan ketika varian Delta mengamuk di seluruh wilayah Negeri Bollywood itu.

Menurut amatan Reuters, pencarian hubungan platonis juga meningkat, mendorong perusahaan seperti Tinder untuk meningkatkan layanan yang membantu pengguna menemukan dan menjalin pertemanan.

Sebelum pandemi, Bumble sendiri telah meluncurkan layanan non-kencan seperti Bumble Bizz dan Bumble BFF, yang memperkenalkan kontak bisnis dan teman baru.

Data dari perusahaan riset Apptopia menunjukkan bahwa Bumble diunduh sekitar 2,05 juta kali di Negeri Paman Sam selama kuartal kedua 2021, meningkat hampir 18% secara tahunan.

Sebagai informasi, Bumble Inc. adalah perusahaan induk dari Badoo and Bumble, dua aplikasi kencan terlaris di dunia dengan jutaan pengguna di seluruh dunia.

Platform Bumble, yang membedakan dirinya dari pesaing dengan mengharuskan perempuan untuk melakukan kontrak pertama (to make the first move), didirikan oleh eks eksekutif Tinder Whitney Wolfe Herd pada 2014.

Wolfe Herd mendirikan Bumble pada 2014 tak lama setelah dia menuntut Tinder, tempat ia bekerja sebelumnya atas pelecehan seksual. Wanita itu menuduh bahwa mantan bos dan pacarnya, Justin Mateen, telah mengirim ancaman teks yang menghina dan mencabut gelar salah seorang pendiri di Tinder. Tinder membantah melakukan kesalahan, dan kasus itu diketahui diselesaikan dengan cepat dan rahasia.

Setelah dia meninggalkan Tinder, Wolfe Herd bekerja dengan Andrey Andreev, seorang miliarder Rusia yang berbasis di London yang telah membangun aplikasi kencan online yang sukses untuk pasar Eropa dan Amerika Latin, untuk memulai Bumble.

Sementara Badoo, yang diluncurkan pada 2006, adalah salah satu pelopor produk kencan web dan seluler. Menurut keterangan di website resmi perusahaan, Bumble Inc. saat ini mempekerjakan lebih dari 700 orang di kantor-kantor di Austin, Barcelona, London, dan Moskow.

Bumble juga melantai di bursa Nasdaq AS pada 11 Februari 2021 dengan kode ticker BMBL, menjadikan perusahaan ini sebagai aplikasi kencan raksasa kedua yang go public setelah Match Group.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat