
Harga Anjlok 4,5%, Apakah Emas Masih Layak Dikoleksi?

Akhir pekan lalu, US Bureau of Labor Statistics melaporkan, perekonomian AS pada Juli 2021 menciptakan 943.000 lapangan kerja, tertinggi sejak Agustus 2020. Jauh lebih banyak ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 870.000.
"AS memasuk fase ekspansi ekonomi baru pada kuartal III-2021. Momentum pemulihan ekonomi terus terbangun," tegas Brian Bethune, Profesor di Boston College, seperti dikutip dari Reuters.
Data ini, seperti kata Profesor Bethune, memberikan klarifikasi bahwa pemulihan ekonomi AS berada di jalan yang benar. Pasar pun semakin yakin bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan segera mengurangi 'dosis' stimulus moneter. Investor memperkirakan Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega akan menurunkan nilai pembelian surat berharga (quantitative easing) mulai awal tahun depan.
Dengan demikian, pasokan dolar AS di pasar tidak akan melimpah lagi seperti sekarang. Seperti barang, pasokan yang berkurang sementara permintaan tetap tinggi akan membuat harga terdongkrak.
Kedua aset ini punya hubungan berbanding terbalik. Saat dolar AS menguat, maka harga emas melemah, demikian pula sebaliknya.
Ini karena emas adalah aset yang dibanderol dengan dolar AS. Ketika dolar AS mengalami apresiasi, maka emas jadi lebih mahal buat investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas turun, harga pun mengikuti.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)