Tak Cuma K-Pop, 10 Raksasa Finansial Korsel juga Serbu RI

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
09 August 2021 09:40
Kookmin Bank

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor jasa keuangan Indonesia tampak seperti 'kolam susu' di mata para investor raksasa finansial dunia, tak terkecuali bagi korporasi/perbankan Korea Selatan (Korsel). Hal ini terlihat dari cukup ramainya penetrasi bank/institusi keuangan asal Negeri K-Pop tersebut ke sejumlah perbankan dan jasa keuangan RI.

Pada pertengahan tahun lalu, Morgan Stanley (MS), misalnya, mengeluarkan riset teranyar mengenai perbankan Indonesia yang berjudul "M&A: Higher Foreign Participation to Enhance Capital Base and Efficiency".

Dalam riset tersebut, Morgan Stanley, menekankan bahwa tren merger dan akuisisi (M&A) akhir-akhir ini menunjukkan bahwa Indonesia membuka lebih banyak peluang kepada bank asing.

MS menyebutkan, akuisisi bank RI oleh bank asing mulai intensif. Bahkan M&A di industri perbankan Indonesia menjadi lebih aktif dengan akuisisi senilai Rp 101 triliun atau setara dengan US$ 7 miliar yang terjadi sejak 2019 (atau US$ 4,7 miliar per tahun).

"Bank asing mendominasi akuisisi di tahun 2019 hingga 2020 dengan nilai saham 99%," tulis riset Morgan Stanley.

Morgan Stanley meyakini akselerasi akuisisi belakangan ini didorong oleh regulator yang lebih akomodatif dengan kebijakan relaksasi permodalan dan juga minat tinggi dari investor asing.

Menurut MS, pertumbuhan dan kondisi yang berbeda di beberapa kawasan regional tampaknya menjadi motivasi utama bagi bank asing untuk mengakuisisi bank di Indonesia, khususnya bank-bank Jepang dan Korea yang aktif melakukan M&A baru-baru ini.

Hal ini didukung kondisi di mana bank-bank Indonesia terlihat lebih atraktif di tingkat regional dengan laju pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) untuk pinjaman 10 tahun sebesar 16% pada tahun 2019, jika dibandingkan bank Jepang dan Korea dengan CAGR untuk pinjaman 10 tahun sebesar 2% dan 7%.

Net Interest Margin (NIM) perbankan Indonesia juga tinggi, yaitu mencapai 5,9% pada 2019 yang lebih tinggi dibanding Jepang dan Korea sebesar 1,0% dan 1,9%.

Selain yang dijelaskan Morgan Stanley di atas, tingkat populasi penduduk yang belum menjadi nasabah perbankan (unbanked population) juga cukup tinggi.

Menurut Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, pada Maret lalu, terdapat 83 juta penduduk yang tergolong dalam unbanked population dengan penetrasi internet sebesar 67% dan penetrasi smartphone sebesar 60%. Sementara, sebanyak 196,7 juta atau 73,7% dari total penduduk Indonesia memiliki akses ke internet.

Lantas, apa saja institusi keuangan atawa bank asal Korsel yang menancapkan kakinya di sektor keuangan RI?

Berikut ini daftar ringkasnya.

The Korea Development Bank (KDB)

Pada September 2020, KDB berhasil mengambilalih mayoritas kepemilikan saham emiten pembiayaan PT Tifa Finance Tbk (TIFA) dari pemegang saham eksisting sebesar 870.763.100 saham yang mewakili 80,65%.

Setelah akuisisi tersebut, Tifa Finance berganti nama menjadi PT KDB Tifa Finance Tbk.

KDB adalah bank BUMN yang didirikan sejak 1954 untuk membiayai dan mengelola proyek industri utama untuk meluaskan pengembangan industri dan ekonomi nasional Negeri Ginseng.

KDB sebetulnya sudah agak tertinggal dibanding perusahaan keuangan Korsel lain untuk masuk ke RI, meskipun sempat masuk ke bidang perusahaan efek ketika secara tidak langsung mengakuisisi PT eTrading Securities dan mengganti namanya menjadi KDB Daewoo Securities.

Di Korsel, KDB menjadi pemilik Daewoo Securities Co setelah Grup Daewoo terpecah dan konglomerasi yang pernah menjadi chaebol (konglomerat)kedua terbesar Korsel tersebut dinyatakan bangkrut dan terpecah-pecah pada 1999.

Pada 2019, manajemen mengungkapkan sudah membuka kantor perwakilan di Indonesia. KDB juga menjalankan berbagai program luar negeri untuk mengembangkan potensi investasi global.

KB Kookmin Bank

KB Kookmin awalnya masuk ke PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) pada Juli 2018 dengan menggenggam 22% saham perseroan melalui Penawaran Umum Terbatas IV (rights issue).

Kemudian, KB Kookmin menjadi pengendali tunggal BBKP pada September 2020 dengan menguasai 67% saham bank yang didirikan pada 10 Juli 1970 ini lewat penambahan modal tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMTED) atau private placement.

Sejurus dengan itu, rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) Bank Bukopin pada Desember 2020 menyetujui pergantian nama menjadi KB Bukopin. Pada awal Februari, Bank Bukopin akhirnya resmi berganti nama menjadi KB Bukopin.

Selain di BBKP, situsweb KB Kookmin juga mencatat, perbankan ini juga masuk ke perusahaan pembiyaan (multifinance) PT. Finansia Multi Finance pada 3 Juli tahun lalu. Nama Finansia Multi Finance kemudian berubah menjadi PT KB Finansia Multi Finance.

Kemudian, pada awal 2019, KB Kookmin, lewat KB Capital mencaplok PT Sunindo Parama Finance dan mengubahnya menjadi PT KB Capital PT. Sunindo Kookmin Best Finance.

Di samping itu, KB Kookmin juga punya lengan usaha di sektor asuransi, di bawah nama PT KB Insurance Indonesia yang termasuk KB Insurance Group. Perusahaan ini didirikan pada 1997 dengan nama PT LG Simas Insurance Indonesia dan berganti nama menjadi KB Insurance Indonesia pada 2015.

APRO Financial Co. Ltd

APRO Financial adalah perusahaan pembiayaan dari Korea Selatan yang berfokus di sektorconsumer loan. Perusahaan ini mengakuisisi ke PT Bank Dinar Indonesia Tbk (DNAR) pada 25 Oktober 2018 dengan membeli 77,38% saham perusahaan. Kemudian, pada 8 Juli 2019 Bank Dinar melakukan penggabungan usaha (merger) dengan PT Bank Oke Indonesia (Bank Oke) yang juga dimiliki oleh APRO sebesar 99% (pada Mei 2017).

Asal tahu saja, sebelum berganti nama pada 2012, Bank Dinar bernama PT Liman International Bank yang didirikan pada tahun 1990.

Adapun Bank Oke Indonesia (sebelum bergabung dengan Bank Dinar) sebelumnya bernama Bank Andara. Bank Andara sendiri didirikan pada tahun 1980 dengan nama Maskapai Andil Indonesia Bank Pasar Seri Partha, sebelum berganti nama tiga kali, yakni pada 1997 menjadi PT Bank Sri Partha, pada April 2009 menjadi Bank Andara. Kemudian, namanya berganti lagi, seturut dengan pencaplokan 99% saham bank oleh APRO, pada Agustus 2017 menjadi Bank Oke Indonesia.

Dalam merger tersebut, Bank Oke merupakan Bank yang menggabungkan diri sedangkan Bank Dinar merupakan Bank yang menerima penggabungan alias surviving bank. Seturut dengan itu, pada 26 Agustus 2019 perseroan melakukan perubahan nama dari PT Bank Dinar Indonesia Tbk menjadi PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR).

Situs Bank Oke menjelaskan, APRO didirikan pada tahun 1999 sebagai A & O Financial dan diakuisisi oleh J & K Capital pada tahun 2004 dan menjadi APLO FC Group.

Kemudian berubah namanya menjadi A & P Financial pada tahun 2007. Setelah itu A & P Financial diperluas ke China dan Polandia dan selanjutnya menjadi APRO Financial Co. Ltd di 2014.

Hana Financial Group

Pada tahun 2007, Hana Financial Group asal Korea Selatan mengakuisisi Bank Bima dan mengubah namanya menjadi PT Bank Hana. PT Bank Hana kemudian melakukan penggabungan usaha dengan PT Bank KEB Indonesia pada tahun 2013 sehingga berubah menjadi PT Bank KEB Hana.

Selang setahun kemudian, nama PT Bank KEB Hana diubah menjadi PT Bank KEB Hana Indonesia dan disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan pada27 Juni 2014.

Hana Financial Group sendiri didirikan pada 1971 dengan aset mencapai KRW 460 triliun pada 2020 dan jumlah staf mencapai 21.997. Saat ini, Hana Financial Group memiliki 1.009 kantor cabang domestik dan luar negeri dan berada di peringkat ke-81 dalam daftar bank global.

Hana Financial juga beroperasi di 24 negara dengan memiliki 216 cabang. Di kawasan Asia Pasifik, Hana Financial memiliki 184 kantor cabang, dengan Indonesia menjadi yang paling banyak, yakni 74 kantor cabang. Kemudian di posisi kedua dan ketiga disusul oleh Myanmar (67) dan China (29).

Woori Bank Korea

Woori Bank Korea, bersama anak usahanya PT Bank Woori Indonesia,masuk ke PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk (SDRA) dengan mengakuisisi 33% saham bankpada Januari 2014. Dengan masuknya Woori Bank, saham pengusaha Arifin Panigoro (pemilik Bank Himpunan Saudara) dan PT Medco Intidinamika dialihkan kepada Woori Bank Korea dan Bank Woori Indonesia.

Lalu pada Desember 2014, PT Bank Woori Indonesia resmi melakukan merger dengan PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk. Sejurus dengan itu, nama PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk berubah menjadi PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA).

Woori Bank Korea sendiri, yang didirikan sejak 1899, memiliki 862 kantor cabang domestik dan beroperasi di 20 negara, termasuk Indonesia.

Industrial Bank of Korea (IBK)

Pada 28 Januari 2019, IBK mencaplok 71,68% saham PT Bank Mitraniaga Tbk (NAGA). IBK membeli saham NAGA sebanyak 71,68% saham di harga Rp 409/saham sehingga menggelontorkan dana Rp 477,59 miliar.

Sebelumnya, pada 17 Januari 2019, IBKjuga membeli sebanyak 5,04 miliar saham PT Bank Agris Tbk (AGRS) sehingga IBK memiliki 95,79% saham dan menjadi investor pengendali.

Kemudian, IBK melebur Bank Mitraniaga dan Bank Agris serta secara resmi mengubah namanya menjadi PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS) pada 22 Agustus 2019.

Industrial Bank of Korea merupakan sebuah bank komersial yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Korea Selatan. Didirikan pada tahun 1961, bank yang berpusat di Seoul tersebut utamanya menyalurkan pembiayaan bagi pengusaha kecil dan menengah.

Lini bisnis perusahaan terdiri dari kredit ritel, korporasi, investment bank, dan berbagai segmen lainnya. IBK merupakan perusahaan terbuka yang sahamnya dapat diperdagangkan di bursa saham Korea (Korea Exchange) dengan kode 024110.

Shinhan Financial Group

Shinhan Financial Group merupakan salah satu grup finansial terbesar di Korsel, selain KB Financial Group, Hana Financial Group, Woori Financial Group, dan NH Financial Group.

Di Indonesia, Shinhan Group masuk melalui Shinhan Bank Co. Ltd, dan mulai melakukan proses M&A pada 2007. Pada Maret 2015, bank mengakuisisi PT Bank Metro Express (BME) secara bertahap, yakni 40% saham pada Agustus dan 50% pada November.

Kemudian, pada Maret 2016 BME resmi berganti nama menjadi Bank Shinhan Indonesia.

Pada tahun yang sama, tepatnya 6 Desember 2016, bank melakukan merger dengan bank asal Surabaya PT Centratama Nasional Bank (CNB). Hal ini terjadi setelah Bank Shinhan Indonesia mengakuisisi bank tersebut lewat pembelian 75% saham bank pada Desember 2015 dan diselesaikan pada Desember 2016 dengan menguasi 100% saham CNB.

Shinhan Bank, Co. Ltd. sendiri menguasai 99% saham Shinhan Bank Indonesia. Adapun pemegang saham lain adalah PT Metropanca Gemilang sebesar 0,53% dan PT STM Tunggal Jaya sebesar 0,47%.

Selain memiliki Shinhan Bank Indonesia, Shinhan Group juga punya lini bisnis sekuritas, yakni dengan lewat PT Shinhan Sekuritas Indonesia. 99% saham sekuritas ini dikuasai oleh bank investasi dan perusahaan sekuritas Shinhan Investment Corp, yang merupakan bagian dari Shinhan Financial Group.

Shinhan Sekuritas Indonesia sendiri didirikan dengan nama PT Interindo Danapraya di Jakarta pada 28 Desember 1988, dan berubah nama menjadi Makinta Securities pada 14 Juli 1997.

Kemudian, pada 26 Agustus 2016, seiring dengan akuisisi oleh Shinhan Investmen Corp, nama perusahaan berubah menjadi yang dipakai saati ini.

Menurut laporan tahunan perusahaan Shinhan, Shinhan Financial Group berawal mula Shinhan Bank, yang diluncurkan pada Juli 1982. Bank ini adalah bank pertama di Korea yang didanai secara eksklusif dengan modal swasta.

Kemudian, Shinhan Financial Group diresmikan pada tahun 2001 sebagai perusahaan induk keuangan sektor swasta pertama di Korea. Kini Group memiliki memiliki 17 anak perusahaan, yang bergerak di industri perbankan, kartu kredit, sekuritas, asuransi, dan manajemen aset.

Mirae Asset Financial Group

Mirae Asset Financial Group, yang didirikan oleh Hyeon Joo Park pada Juli 1997, memiliki lini bisnis di Indonesia dengan mengendalikan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia.

Pada mulanya, Mirae Asset Sekuritas Indonesia didirikan pada 2002 dengan nama PT Monas Buana Securities dan mulai beroperasi sebagai sekuritas e-Trading pada 2003.

Kemudian, sekuritas asal Korsel Daewoo Securities (Korea) menguasai 19.9% eTrading, sementara AIC (asal Jepang) menggenggam 10,97% eTrading pada 2007.

Tiga tahun berselang, Daewoo Securities menambah kepemilikan menjadi 38,5%. Tidak berhenti sampai di situ, pada 2013 Daewoo menguasai 80% saham Monas Buana dan menjadi pemegang saham pengendali. Sejurus dengan itu, pada tahun yang sama, Monas Buana Securities berganti nama menjadi PT Daewoo Securities Indonesia.

Selanjutnya, pada 2016 Mirae Asset mengakuisisi Daewoo Securities dan menjadi pemegang saham pengendali. Seturut dengan itu, masih di tahun yang sama, nama Daewoo Securities Indonesia kembali berubah menjadi Mirae Asset Sekuritas.

Sebagai informasi, Mirae Asset Financial Group saat ini memiliki 12.451 karyawan dan telah berekspansi di 15 negara dengan modal ekuitas sebesar US$ 14,5 miliar, total dana kelolaan (asset under management/AUM) per akhir Desember 2020 sebesar US$ 554 miliar. Selain di Indonesia, Mirae Asset Financial juga masuk ke pasar Singapura, Hongkong, Jepang, India, Australia, AS, sampai Brazi.

Korea Investment Holdings

Korea Investment Holdings menjejakkan kaki di Indonesia lewat Korea Investment & Securities Co., Ltd(KIS) dengan mengakuisi perusahaan broker PT DANPAC Sekuritas pada Juli 2018. Seturut dengan itu, DANPAC berganti nama menjadi PT Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI).

Kemudian, pada April 2019 KISI mendirikan anak usaha, sebuah perusahaan manajer investasi (MI), dengan nama PT KISI Asset Management.

Asal tahu saja, KIS didirikan pada 1974 sebagai Korea Investment Trust Management & Securities Co., Ltd. Pada Juni 2005 perusahaan ini mengakuisisi Dongwon Securities Co., Ltd, sebuah perusahaan yang didirikan pada 1968 dan merupakan salah satu anggota perusahaan perikanan terbesar di Korea Selatan Dongwon Group.

Selanjutnya, pada Juni 2013, Korea Investment Trust Management & Securities Co., Ltd mengubah namanya menjadi Korea Investment & Securities Co., Ltd (KIS).

Selain KIS yang dikuasai 100%, Korea Investment Holdings, juga memiliki lini bisnis yang lainnya, seperti manajemen aset, bank tabungan, pembiayaan kredit, modal ventura, DTP, dan kepercayaan real estat. Saat ini, Korea Investment Holdings beroperasi di 10 kota besar di sejumlah negara, termasuk Jakarta, Singapura, Hong Kong, Beijing, London, sampai New York.

Nonghyup (NH) Financial Group

Group keuangan Korsel lainnya yang menceburkan diri ke bisnis sekuritas Tanah Air adalah Nonghup Financial Group. Di Indonesia, NH Group masuk ke broker NH Korindo Sekuritas Indonesia lewat anak usahanya NH Investment & Securities (NHIS).

Mulanya, NH Korindo Sekuritas Indonesia didirikan pada 1990 di bawah nama Clemont Sekurities Indonesia. Kemudian, pada 1997 Korindo Group mengakuisisi 100% saham Clemont Sekurities Indoensia, Asal tahu saja, Korindo Group adalah salah satu perusahaan perkebunan di Indonesia yang merupakan anak usaha perusahan asal Korsel Dongwha Enterprise.

Selanjutnya, pada 2009, Grup asal Korsel lainnya, Woori Financial Group, membeli 60% saham Clemont Securities dan mengubah namanya menjadi Woori Korindo Securities Indonesia.

Lima tahun berselang, giliran NH Investment & Securities mengakuisisi 80% saham Woori Korindo Securities Indonesia dan akhirnya berganti nama kembali dengan menggunakan nama saat ini.

Kemudian, pada 2019 NH Korindo Sekuritas Indonesia menggelar penambahan modal lewat rights issue di mana NH Investment & Securities ikut melaksanakan haknya. Dengan ini, NH Investment & Securities menguasai 93% saham NH Korindo Sekuritas Indonesia.

Seperti telah disebutkan di atas, NH Investment & Securities termasuk ke dalam bagian NH Financial Group dengan menggenggam 49,1% saham perusahaan. NH Investment & Securities didirikan pada 1969 dengan jumlah karyawan mencapai 3.053 orang. Menurut laporan tahunan perusahaan, per akhir Desember 2020, laba bersih NHIS mencapai KRW 576,9 miliar. Saat ini, NHIS memiliki 75 jaringan cabang domestik dengan 2 kantor perwakilan di luar Korsel.

Sementara, NH Financial Group sendiri merupakan struktur bisnis di bawah National Agricultural Cooperative Federation (NACF).

NACF sendiri didirikan pada 1961 dan memiliki 1.118 koperasi anggota dengan 2,1 juta anggota. Pada 2012, NACF mengubah struktur bisnis menjadi dua grup, yakni NH Financial Group dan NH Agribusiness Group.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular