PDB RI 'Diramal' Bisa Tumbuh 4%-5% di Kuartal III-2021

Satya Pramesi, CNBC Indonesia
08 August 2021 20:40
Suasana Gedung Kementrian di Kawasan Jakarta, Rabu 7/8. Pemindahan ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari Jakarta ke salah satu lokasi di Kalimantan membutuhkan anggaran yang tidak sedikit, mencapai Rp 466 triliun. Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan Salah satu komponen utama pendanaan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 
Potensinya sangat kasar. Pemetaan potensi aset di Medan Merdeka, Kuningan, Sudirman, dan Thamrin perkiraan Rp 150 triliun. Ini bisa menambal kebutuhan APBN. Tadinya dari APBN butuh Rp 93 triliun. Artinya dengan Rp 150 triliun bisa menutup untuk bangun istana, pangkalan TNI, dan kebutuhan rumah dinas. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi gedung perkantoran di Jakarta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom senior Mirza Adityaswara menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2021 yang mencapai 7,05% merupakan bukti pemulihan ekonomi tanah air. Kendati demikian, ada tantangan di kuartal III ini.

"Sebenarnya kalau angka Q2-2021 itu kalau kita ikuti angka-angka ... artinya memang Q2 itu terjadi recovery ekonomi yang cukup baik di Indonesia," kata Mirza dalam wawancara dalam program Power Lunch CNBC Indonesia pada Jumat (6/8/2021) lalu.

"Memang kalau lihat quarter to quarter (q to q), masa normal tuh biasanya angkanya sekitar 4%, 4,1%, 4,2%. Nah, kita di Q2 ini q to q 3,3%. Memang sedikit lebih rendah dibandingkan masa normal, tidak pandemi, tapi untuk suatu ukuran [di masa pandemi], kita memiliki q to q 3,3% positif itu menurut saya sih suatu recovery yang cukup baik," lanjutnya.



Namun, Mirza mengatakan, PPKM Darurat, yang diberlakukan sejak 3 Juli 2021, dan PPKM Level 4, yang diberlakukan sejak akhir Juli, akan memperlambat ekonomi di Q3-2021. Kendati demikian, Mirza menilai prediksi pertumbuhan ekonomi 4% hingga 5% sebagai suatu ekspektasi yang wajar lantaran pertumbuhan negatif yang tercatat pada Q3-2020.

"Nah di Q3 tahun lalu itu kita -3,5%. Sudah ada recovery dibandingkan -5,3% di Q2 tahun lalu. Jadi kita kalau dibayangkan bahwa kita akan positif antara 4 sampai 5 [persen] lebih, itu suatu menurut saya sih suatu ekspektasi yang wajar," katanya.

"Jadi apakah 4%, apakah 5% ya tergantung berapa lama kita melakukan PPKM [Level 4] ini, dan berapa lama kita lakukan PPKM kan tergantung keberhasilan kita mengendalikan penurunan Covid-19 ini," lanjutnya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Belum Dilantik Jadi DK OJK, Mirza Sudah Mundur dari 4 Jabatan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular