DGS BI: Covid-19 Extraordinary, Kebijakan Harus Extraordinary

Rahajeng K Hastuti, CNBC Indonesia
Jumat, 06/08/2021 14:55 WIB
Foto: Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) adalah peristiwa yang luar biasa. Penyebaran virus corona adalah tragedi kesehatan dan kemanusiaan, yang dampaknya terhadap perekonomian begitu dahsyat.

Gara-gara pandemi, perekonomian global pada 2020 tumbuh negatif. Ini adalah kali pertama sejak 2009, kala dunia dihantam krisis keuangan global.

Destry Damayanti, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), menyebut bahwa pandemi virus corona adalah sesuatu yang extraordinary. Oleh karena itu, penanganannya juga harus extraordinary.


"BI memiliki berbagai kebijakan. Kita mengoptimalkan bauran kebijakan baik itu kebijakan moneter, makroprudensial, sistem keuangan, dan berbagai kebijakan lainnya," kata Destry dalam webinar 'Sinergi Menjaga Momentum dan Optimisme Pemulihan Ekonomi' live di CNBC Indonesia pada, Jumat (6/8/2021),

Di sisi kebijakan moneter, lanjut Destry, BI secara agresif menurunkan suku bunga acuan untuk 'merangsang' gerak ekonomi. Sejak awal masa pandemi, BI 7 Day Reverse Repo Rate sudah dipangkas 150 basis poin (bps). Suku bunga acuan yang kini berada di 3,5% adalah yang terendah sepanjang sejarah.

Selain itu, BI juga menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) sekitar 300 bps. Dengan demikian, bank memiliki lebih banyak likuiditas yang bisa digunakan untuk penyaluran kredit.

Tidak berhenti sampai di situ, BI pun masuk ke pasar obligasi pemerintah di pasar perdana. Tahun lalu, tambah Destry, BI membeli Surat Berhara Negara (SBN) senilai Rp 473 triliun dan tahun ini pembelian SBN oleh MH Thamrin sudah sekitar Rp 124 triliun.

"Namun kita lihat kondisi pasar. Sekarang pasar SBN stabil, demand sudah strong, kami berada di belakang," tuturnya.

Kemudian di sisi kebijakan makroprudensial, demikian Destry, arah kebijakannya adalah akomodatif. Contohnya adalah pembebasan uang muka untuk kredit properti dan kendaraan bermotor.

"Lalu di sistem pembayaran, kita terus meningkatkan kualitas dan coverage sistem pembayaran. Terutama dalam era Covid-19, mobilitas terhambat tetapi kita tentu tidak ingin transaksi terhambat. BI mendorong pemanfaatan digital payment karena digital economy yang mengalami penguatan," jelasnya.


(aji/aji)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Belum Ikuti Maunya Trump, The Fed Diramal Tahan Suku Bunga