
Bak Mimpi Siang Bolong, Perlahan RI Tinggalkan Dolar AS

Jika melihat porsi di cadangan devisa global, maka euro menjadi yang terdekat dengan dolar AS. berada di urutan kedua, pada kuartal I-2021, porsi euro sebesar 20,57%, turun dari kuartal sebelumnya 21,29%.
Porsinya memang sangat jauh dibandingkan dolar AS, sejak kemunculannya di 1999, porsi euro juga stabil di kisaran 20%. Tetapi melansir Financial Times, euro menjadi salah satu penantang kuat yang bisa merebut tahta dolar AS.
Euro termasuk sebagai penantang dolar AS, dilihat dari ukuran perekonomian. Zona euro saat ini berada di urutan kedua perekonomian terbesar di bawah Amerika Serikat. Ukuran ekonomi menjadi salah satu penentu mata uang menjadi cadangan devisa global.
Semakin besar ukuran ekonomi artinya semakin banyak negara-negara bertransaksi perdagangan, sehingga penggunaan mata uang pun semakin banyak. Amerika Serikat masih menjadi negara dengan produk domestik bruto (PDB) terbesar berkontribusi berkontribusi sebesar 24% terhadap total output global. Selanjutnya zona euro, dan di urutan ketiga ada China dengan kontribusi sebesar 15% terhadap PDB global.
Hal tersebut membuat yuan (renminbi) juga dikatakan menjadi penantang dolar AS.
Meski demikian, persentase yuan di cadangan devisa global saat ini sangat jauh dibandingkan dolar AS. Porsi yuan di kuartal I-2021 sebesar 2,45%, naik dari kuartal sebelumnya 2,27%.
Yuan saat ini berada di urutan kelima, di bawah yen dan poundsterling dengan porsi sebesar 5,89% dan 4,7%.
Melihat porsinya di cadangan devisa global, euro menjadi penantang terdekat dolar AS. Tetapi masalah utama yang dihadapi euro adalah belum memiliki obligasi pemerintah yang bisa dianggap sebagai aset safe haven seperti obligasi AS (Treasury). Adanya aset yang bisa dijadikan safe haven bagi para investor merupakan sesuatu yang penting dimiliki suatu negara agar mata uangnya bisa menjadi cadangan devisa global.
Negara-negara di Eropa masih belum mampu memberikan hal tersebut, tetapi setelah terjadi pandemi Covid-19, membuat Uni Eropa menerbitkan obligasi Uni Eropa sebagai pembiayaan. Obligasi tersebut dikatakan akan bisa memberikan euro peran yang lebih besar di cadangan devisa global.
Dario Perkins, kepala makroekonomi global di TSLombard, mengatakan ada kesepakatan umum jika ancaman terbesar status mata uang cadangan devisa adalah salah urus (mismanagement) perekonomian dan keuangan.
Hal tersebut secara tersirat juga diungkapkan Druckenmiller terhadap kondisi di Amerika Serikat saat ini.
(mij/mij)[Gambas:Video CNBC]