PDB Melesat 7%, RI Sah Lepas Resesi tapi Rupiah di Zona Merah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 05/08/2021 12:25 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah tertahan di zona merah hingga pertengahan perdagangan Kamis (5/8/2021), meski Indonesia sudah sah terlepas dari resesi. Dolar AS yang kembali diburu pelaku pasar membuat rupiah kesulitan menguat.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.310/US$. Setelahnya rupiah melemah hingga 0,24% di Rp 14.335/US$ pada pukul 12:00 WIB.

Di sisa perdagangan hari ini rupiah juga terlihat sulit untuk menguat, tercermin dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.


NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

PeriodeKurs Pukul 8:50 WIBKurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp14.330,90Rp14.342,4
1 BulanRp14.323,00Rp14.383,2
2 BulanRp14.371,00Rp14.433,4
3 BulanRp14.419,00Rp14.482,5
6 BulanRp14.568,00Rp14.632,2
9 BulanRp14.705,00Rp14.777,0
1 TahunRp14.911,90Rp14.930,0
2 TahunRp15.465,00Rp15.520,0

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Rupiah masih tertahan di zona merah, meski produk domestik bruto (PDB) dilaporkan lebih tinggi dari prediksi.

Pada kuartal II-2021, output ekonomi yang diukur berdasarkan PDB tumbuh 7,07% dibandingkan kuartal II-2020 (year-on-year/yoy). Lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar. Ini merupakan kali pertama PDB Indonesia tumbuh positif setelah mengalami kontraksi 4 kuartal beruntun, artinya sah lepas sari resesi. 

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan PDB akan tumbuh 6,505% yoy. Sedangkan konsensus pasar versi Reuters menghasilkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 6,57% yoy pada April-Juni 2021.

Tidak hanya itu, pertumbuhan ekonomi 7,70% juga menjadi rekor tertinggi sejak kuartal I-1997. Artinya, ini adalah pencapaian tertinggi selama Era Reformasi.

Meski demikian rupiah masih sulit menguat, maklum saja dalam 3 hari perdagangan pekan ini sudah menguat lebih dari 1%, sehingga memicu aksi ambil untung (profit taking). Apalagi dolar AS sedang kembali perkasa.

Dolar AS kembali diburu pelaku pasar terlihat dari pergerakannya pada perdagangan Rabu kemarin. Indeks dolar AS kemarin sempat merosot 0,31% sebelum berbalik menguat 0,21%.

Penyebabnya wakil ketua The Fed, Richard Clarida, yang berbicara dalam sebuah acara dengan tema Outlooks, Outcomes, dan Prospects for U.S. Monetary Policy" yang diadakan oleh Peterson Institute for International Economics.

Dalam acara tersebut Clarida mengindikasikan tapering bisa dilakukan di tahun ini, dan suku bunga akan dinaikkan pada awal 2023.

Clarida mengatakan pasar tenaga kerja memang perlu perbaikan lebih lanjut, tetapi inflasi dikatakan hampir mencapai target rata-rata 2%.

"Melihat outlook tersebut dan selama ekspektasi inflasi tetapi di 2% yang merupakan target jangka panjang, normalisasi kebijakan (kenaikan suku bunga) bisa dimulai di 2023," kata Clarida, sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (5/8/2021).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS