Analisis

Induk Sariayu 'Ngos-ngosan', Begini Jeroan Emiten Kosmetik RI

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
05 August 2021 08:33
Mandom
Foto: Dok Instagram @sariayu_mt

MBTO

Pada kuartal pertama tahun 2021, penjualan bersih MBTO tercatat turun 42,45% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 50,10 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 87,06 miliar. Tercatat penurunan terbesar terjadi pada segmen kosmetik yang turun hingga 65,63%.

Penjualan kosmetik tercatat sebesar Rp 37,32 miliar, penjualan jamu Rp 494,81 juta dan penjualan lainnya sejumlah Rp 28,28 miliar. Sedangkan diskon penjualan mencapai Rp 10,51 miliar dan retur penjualan 5,49 miliar.

Pada kuartal pertama tahun ini, perusahaan masih mengalami kerugian bersih Rp 23,64 miliar, turun tipis 2,47% dari periode yang sama tahun sebelumnya dengan kerugian sebesar Rp 24,24 miliar.

Sementara, arus kas operasi MBTO semakin seret dengan minus Rp 6,15 miliar pada kuartal I tahun ini, naik dibandingkan posisi periode yang sama tahun sebelumnya yang minus Rp 4,43 miliar.

Aset perusahaan tercatat sejumlah Rp 967,61 miliar dengan lebih dari 80% merupakan aset tidak lancar. Liabilitas perusahaan tercatat sebesar Rp 401,40 miliar, dan nilai ekuitas tercatat senilai Rp 566,21 miliar.

MRAT

Berbeda dengan MBTO, MRAT berhasil membukukan kenaikan laba bersih 53,50% secara tahunan dari Rp 1,25 miliar pada kuartal I 2020 menjadi Rp 1,91 miliar pada periode yang sama tahun ini.

Meningkatnya laba bersih tersebut ditopang oleh pertumbuhan penjualan dan pendapatan usaha sebesar 30,11% menjadi Rp 88,60 miliar pada 3 bulan pertama 2021.

Secara lebih rinci, pos penjualan produk perawatan diri masih menjadi andalan MRAT dengan menyumbang Rp 62,74 miliar (belum termasuk retur dan potongan penjualan). Di posisi kedua ada, penjualan produk kesehatan sebesar Rp 21,40 miliar.

Sementara, produk kosmetik berkontribusi sebesar Rp 13,09 miliar, serta produk jamu dan minuman kesehatan sebesar Rp 9,57 miliar.

Sementara, arus kas operasi MRAT malah negatif Rp 5,03 miliar dibandingkan posisi periode yang sama tahun lalu sebesar positif Rp 5,19 miliar.

VICI

Pada 3 bulan pertama tahun ini, VICI mencatatkan koreksi laba bersih 4,48% secara yoy menjadi Rp 37,06 miliar. Kendati laba bersih menurun, penjualan VICI tercatat tumbuh 8,35% dari Rp 245,30 miliar pada kuartal I tahun lalu menjadi Rp 265,79 miliar pada periode yang saham tahun ini.

Segmen produk perawatan rambut memiliki kontribusi penjualan terbesar yakni Rp 145,93 miliar pada kuartal I 2021. Di posisi kedua ada penjualan dari segmen perawatan tubuh dan antiseptik sebesar Rp 130,32 miliar, serta segmen lain-lain yang menyumbang penjualan Rp 627,11 juta.

Adapun beban pokok penjualan dan pendapatan VICI juga meningkat 14,30% secara tahunan menjadi Rp 133,51 miliar.

Lebih lanjut, arus kas operasi VICI menyusut 65,97% menjadi Rp 15,96 miliar pada akhir Maret 2021 dari posisi Rp 46,89 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

TCID

Emiten selanjutnya, TCID membukukan rugi bersih Rp 18,33 miliar sepanjang periode Januari-Maret 2021, dari laba bersih Rp 7,79 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Sejurus dengan itu, pendapatan dan penjualan TCID merosot 22,00% secara yoy menjadi Rp 441,31 miliar pada kuartal I tahun ini.

Lebih rinci, pos penjualan produk perawatan rambut masih menjadi andalan TCID dengan menyumbang Rp 200,95 miliar. Di posisi kedua, penjualan produk perawatan kulit dan rias berkontribusi sebesar Rp 140,56 miliar. Selanjutnya, pos penjualan produk wangi-wangian senilai Rp 99,54 miliar.

Memang, TCID cenderung bertumpu pada penjualan produk perawatan diri pria, yang memiliki andil penjualan Rp 237,94 miliar pada kuartal I tahun ini. Sementara, produk perawatan diri wanita menyumbang penjualan sebesar Rp 202,08 miliar.

Seiring melorotnya penjualan, beban pokok penjualan TCID pun turun 15,05% secara yoy menjadi Rp 345,92 miliar pada kuartal I 2021.

Adapun arus kas operasi TCID sangat longgar dengan tumbuh 121,42% secara tahunan menjadi Rp 118,64 miliar pada triwulan pertama 2021.

KPAS

Seperti TCID, KPAS juga menanggung rugi bersih Rp 4,16 miliar sepanjang 3 bulan pertama 2021 dari laba bersih Rp 331,26 juta pada periode yang sama tahun lalu. Penjualan dan pendapatan usaha juga terkikis 42,60% secara tahunan dari Rp 21,18 miliar pada kuartal I 2020 menjadi Rp 12,16 miliar pada kuartal I tahun ini.

KPAS cenderung mengandalkan penjualan kepada pihak ketiga, yang menyumbang Rp 12,59 miliar (belum termasuk potongan penjualan) sepanjang Januari-Maret 2021. Adapun penjualan kepada pihak berelasi tercatat sebesar Rp 898,98 juta.

Lebih rinci, per akhir Maret 2021, pelanggan dengan nilai penjualan neto lebih dari 10% dari total penjualan neto perusahaan adalah PT Indomarco Prismatama (Indomaret) yang menyumbang Rp 19,18 miliar.

Kemudian, pengelola ritel Alfamart PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dengan nilai penjualan Rp 5,26 miliar. Sisanya, kepada pemilik bisnis Queen Cosmetic PT Medal Queenindo (pihak berelasi) sebesar Rp 898,98 juta.

Penurunan penjualan perusahaan membuat beban pokok penjualan juga turun sebesar 22,25% secara tahunan menjadi Rp 11,36 miliar. Sementara, arus kas operasi KPAS berhasil naik 28,28% secara tahunan menjadi Rp 3,53 miliar per 31 Maret 2021.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular