Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten petrokimia milik taipan Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), baru saja mengumumkan bahwa perusahaan produsen bahan baku pembuat plastik ini telah memilih Thai Oil Public Company Limited (Thaioil) sebagai investor strategis dalam rencana bisnis perusahaan.
Thai Oil asal Thailand ini akan menjadi pembeli siaga (standby buyer) dari rencana penambahan modal yang dilakukan Chandra Asri.
TPIA akan melakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT) penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue yang akan diajukan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Investasi suntikan dana ke TPIA akan dilakukan melalui anak perusahaan yang ditunjuk oleh Thaioil yang akan bertindak sebagai pembeli siaga dalam rights issue tersebut.
Dana yang diperoleh akan digunakan TPIA untuk mengembangkan dan pembangunan kompleks petrokimia terintegrasi kedua CAP yang berskala global oleh anak perusahaannya, PT Chandra Asri Perkasa (CAP2) yang diproyeksikan rampung pada tahun 2026 mendatang.
Nantinya Thaioil bersama SCG Chemical akan berinvestasi hingga mencapai US$ 1,3 miliar atau setara dengan Rp 19 triliun dan akan memperoleh 15% kepemilikan saham di CAP setelah rights issue.
Apabila Final Investment Decision (FID) untuk CAP2 yang ditargetkan pada tahun 2022 dianggap berhasil, maka Thaioil dan SCG Chemicals secara kolektif dapat menambahkan investasi hingga US$ 0,4 miliar (Rp 5,8 triliun).
Dengan demikian total investasi yang digelontorkan oleh Thaioil dan SCG Chemical mencapai US$ 1,7 miliar atau setara dengan Rp 24,65 triliun.
NEXT: Siapa Thai Oil?
Thai Oil Public Company Limited (Thaioil) merupakan perusahaan yang didirikan tahun 1961 yang semula merupakan perusahaan privat dengan kapasitas produksi kilang minyak sebesar 35.000 barrel per hari.
Kemudian setelah menjadi perusahaan publik, Thaioil semakin berkembang dan sekarang merupakan pengelola kilang minyak terbesar di Thailand dengan produksi mencapai 275.000 barrel per hari.
Selain kilang minyak, Thaioil juga ikut terjun di bisnis petrokimia dan pelumas yang merupakan segmen dengan pendapatan terbesar kedua setelah minyak. Bisnis lain yang juga dilakukan perusahaan ini termasuk pembangkit listrik dan transportasi pelayaran.
Data situs resmi mencatat, pemegang saham terbesar Thaioil adalah PTT Public Company Limited (PTT) yang merupakan badan usaha miliki negara Thailand yang bergerak di sektor migas dengan kepemilikan mencapai 45,03%.
Selanjutnya ada Thai NVDR Company Limited (NVDR) yang merupakan anak usaha Bursa Efek Thailand dengan kepemilikan 6,29% dan sisanya dimiliki oleh umum dengan kepemilikan masing-masing di bawah 5%.
Selain menguasai saham Thaioil, saat ini, PTT Plc memiliki saham langsung di dua kilang minya domestik lain yakni PTT Global Chemical Plc (47,68%) dan IRPC Plc (47,55%).
Thaioil terlibat dalam transaksi dan kerja sama bisnis dengan PTT Plc dan perusahaan-perusahaan di PTT Group, termasuk pembelian dan penjualan bahan mentah, bahan baku, dan produk satu sama lain.
Selain dengan perusahaan dalam Grup PTT, Thaioil bekerjasama dengan dua perusahaan minyak besar lainnya di Thailand yaitu Shell Thailand dan Caltex Thailand, yang juga merupakan pembeli produk yang telah diolah di kilang minyak mereka.
Dalam laporan tahunan mereka, Thaioil mencatat pendapat sebesar 242,64 miliar baht Thailand (฿) di tahun 2020 atau setara dengan Rp 106,76 triliun (kurs Rp 440/baht) dengan kerugian bersih mencapai 3,30 miliar baht (Rp 1,45 triliun).
Nilai aset perusahaan tercatat sebesar 306,18 miliar baht (Rp 134,72 triliun) dengan ekuitas perusahaan tercatat senilai 120,12 miliar baht (Rp 52,85 triliun).
Thaioil diperdagangkan di Bursa Efek Thailand dengan kode ticker TOP, pada perdagangan Jumat Pukul 13.55 WIB saham ini diperdagangkan di harga 43,25 baht (Rp 19.030) per saham dengan kapitalisasi pasar mencapai 94,35 miliar baht (Rp 41,51 triliun).
TIM RISET CNBC INDONESIA