
2 Hari Hang Seng Ambruk 4%, Bursa Asia jadi Mencekam

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia kembali ditutup melemah pada perdagangan Selasa (27/7/2021), di mana pasar saham Hong Kong dan China kembali berlanjut ambles pada perdagangan hari ini, karena pasar khawatir dengan peraturan sektor teknologi China dan sektor pendidikan swasta.
Tercatat indeks Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite China kembali memimpin pelemahan bursa Asia pada hari ini. Hang Seng kembali ditutup ambruk 4,22% ke level 25.086,43 dan Shanghai juga masih ambles 2,49% ke posisi 3.381,18.
Sedangkan untuk pasar saham Asia lainnya juga mayoritas kembali ditutup melemah. Indeks Straits Times Singapura ditutup turun tipis 0,01% ke level 3.138,81 dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,15% ke posisi 6.097,05.
Hanya indeks Nikkei Jepang dan KOSPI Korea Selatan yang ditutup di zona hijau pada perdagangan hari ini. Nikkei ditutup menguat 0,49% ke level 27.970,22 dan KOSPI berakhir naik 0,24% ke 3.232,53.
Indeks Hang Seng dan Shanghai kembali ditutup ambruk karena investor masih merespons negatif dari peraturan sektor teknologi dan sektor pendidikan swasta di China.
Saham raksasa teknologi China Tencent yang terdaftar di bursa Hong Kong ambruk hingga 8,98%, sementara Alibaba ambles 6,35% dan Meituan anjlok parah 17,66%. Hal ini membuat indeks teknologi Hang Seng tergelincir 7,97% pada hari ini.
Kekhawatiran geopolitik juga masih membebani sentimen investor di Asia pada hari ini, setelah pertemuan tingkat tinggi antara pejabat AS dan China berakhir dengan kritik di kedua sisi.
"Secara fundamental, penyebabnya adalah beberapa orang Amerika menggambarkan China sebagai musuh dalam benaknya," tutur Menteri Luar Negeri China Xie Feng sebagaimana dikutip kantor berita Xinhua.
Sejauh ini, China membalas dengan mengetatkan aturan perusahaan digital mereka yang terdaftar di bursa negara Barat.
Pada Jumat (23/7/2021) akhir pekan lalu, Beijing melarang investasi asing di sektor pendidikan, serta mengetatkan aturan di perusahaan teknologi dan properti.
Sementara itu, regulator antimonopoli China pada Senin kemarin mengumumkan seperangkat pedoman untuk platform pengiriman makanan yang mencakup membayar petugas pengiriman setidaknya dengan upah minimum lokal, sebuah langkah yang dapat merugikan keuntungan perusahaan seperti Meituan dan Alibaba.
Sedangkan di sektor pendidikan, Louis Tse, direktur pelaksana Wealthy Securities di Hong Kong mengatakan bahwa pembatasan pendidikan diperlukan untuk mencegah "kekacauan" di sektor yang menguntungkan.
"Pemerintah China ... dengan cara yang benar, mereka ingin memberikan tekanan dan mencoba mengatur industri itu agar lebih dapat diterima, namun tentu saja investor... saya tidak akan mengatakan mereka menderita. Mereka tidak akan menghasilkan sebanyak itu lagi." Kata Tse, dikutip dari Reuters Senin (26/7/2021).
Jika dinamika politik kedua negara memburuk, maka kekhawatiran perang dagang pun berpeluang muncul kembali.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
