Hang Seng Ambruk 4% Lebih, Bikin Investor di Asia Was-was

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
26 July 2021 17:30
A panel displays the closing morning trading Hang Seng Index outside a bank in Hong Kong, China February 6, 2018. REUTERS/Bobby Yip
Foto: Bursa Hong Kong (REUTERS/Bobby Yip)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia ditutup di zona merah pada perdagangan Senin (26/7/2021), dipicu koreksi besar bursa saham Hong Kong dan China akibat ambruknya saham teknologi China di Hong Kong.

Tercatat indeks Hang Seng Hong Kong kembali memimpin pelemahan bursa Asia pada hari ini, yakni ditutup ambruk hingga 4,13% ke level 26.192,32. Sedangkan untuk indeks Shanghai Composite China juga ditutup ambles 2,34% ke posisi 3.467,44.

Sedangkan untuk pasar saham Asia lainnya juga mayoritas ditutup melemah. Indeks Straits Times Singapura ditutup melemah 0,57% ke level 3.138,97 dan KOSPI Korea Selatan merosot 0,91% ke 3.224,95.

Hanya indeks Nikkei Jepang dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup di zona hijau pada perdagangan awal pekan ini. Nikkei ditutup melesat 1,04% ke level 27.833,29 dan IHSG ditutup naik tipis 0,08% ke 6.106,39.

Anjloknya indeks saham Hang Seng dan Shanghai terjadi di tengah kekhawatiran pengetatan pemerintah China terhadap perusahaan digital mereka.

Aksi jual yang masif membuat saham Scholar Education Group yang terdaftar di Hong Kong jatuh lebih dari 45%.

Sedangkan saham Hong Kong New Oriental Education & Technology Group Inc anjlok lebih dari 47%, setelah saham yang juga terdaftar di bursa Amerika Serikat (AS) tersebut kehilangan lebih dari setengah nilainya pada Jumat (23/7/2021) akhir pekan lalu.

Hong Kong New Oriental Education & Technology Group Inc merupakan perusahaan penyedia layanan bimbingan dan persiapan ujian online di China.

Langkah peraturan baru yang menargetkan sektor teknologi dan properti, memicu aksi jual di sektor-sektor tersebut di pasar Hong Kong dan China daratan pada hari ini.

Louis Tse, direktur pelaksana Wealthy Securities di Hong Kong mengatakan bahwa pembatasan pendidikan diperlukan untuk mencegah "kekacauan" di sektor yang menguntungkan.

"Pemerintah China ... dengan cara yang benar, mereka ingin memberikan tekanan dan mencoba mengatur industri itu agar lebih dapat diterima, namun tentu saja investor... Saya tidak akan mengatakan mereka menderita. Mereka tidak akan menghasilkan sebanyak itu lagi." Kata Tse, dikutip dari Reuters.

Masih terkait dengan saham teknologi China, regulator pasar China mengatakan pada Sabtu (24/7/2021) lalu bahwa mereka akan melarang Tencent dari perjanjian hak cipta musik eksklusif, dan mendenda perusahaan tersebut karena praktik pasar yang tidak adil di pasar musik online.

Sementara itu di Korea Selatan, indeks KOSPI juga ditutup lebih rendah karena investor asing dan institusional menjual saham domestik dan berbondong-bondong ke Wall Street karena optimisme pendapatan AS, serta kekhawatiran investor terkait varian Delta dari virus corona (Covid-19) semakin melemahkan sentimen.

Pemerintah setempat akan kembali memperketat aturan jarak sosial di sebagian besar wilayah di Korea Selatan pekan ini, setelah otoritas kesehatan setempat melaporkan kasus harian hingga empat digit selama 20 hari berturut-turut.

Kekhawatiran meningkat bahwa gelombang Covid-19 saat ini merupakan yang terburuk dan mungkin menyebar lebih jauh selama musim panas atau musim liburan.

Namun di Jepang, indeks Nikkei ditutup melesat karena investor merespons positif dari rilis laporan keuangan di AS, meskipun kenaikannya cenderung masih dibatasi oleh kekhawatiran infeksi Covid-19.

"Pasar kuat selama perdagangan AS dan Eropa. Begitu Tokyo dibuka, itu berubah lebih lembut, yang menggarisbawahi suasana hati-hati di sini. Dengan meningkatnya kasus virus corona, investor cenderung melakukan aksi jual" kata Tomoichiro Kubota, analis pasar senior di Matsui Securities, dilansir dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular