Dolar AS sedang 'Lelah' Rupiah kok Ikut Melemah?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 July 2021 09:33
dollar
Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sepanjang pekan lalu mampu mencatat penguatan tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS), tetapi di awal pekan ini malah berbalik melemah. Padahal, dolar AS juga dikatakan sedang "lelah".

Pada pembukaan perdagangan Senin (26/7/2021), rupiah melemah 0,07% ke Rp 14.500/US$, kemudian sempat menyentuh RP 14.505/US$. Rupiah setelahnya sempat memangkas pelemahan hingga stagnan di Rp 14.490/US$, sebelum kembali melemah 0,07% pada pukul 9:25 WIB. 

Eric Nelson, ahli strategi makro di Well Fargo Securities yang berada di New York mengatakan tidak yakin dolar AS akan mampu mempertahankan penguatan dalam beberapa pekan ke depan, sebab yield obligasi (Treasury) AS sedang mengalami penurunan.

"Dolar AS terlihat lelah setelah reli dalam beberapa pekan terakhir. Dolar AS terlihat kehilangan momentum, baik dari perspektif fundamental maupun teknikal," kata Nelson, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (22/7/2021).

Pada pekan lalu, indeks dolar AS mencapai level tertinggi sejak awal April di 93,191. Kenaikan indeks dolar AS tersebut berbanding terbalik dengan yield Treasury AS tenor 10 tahun yang menyentuh level terendah sejak pertengahan Februari 1,128%. Yield Treasury kini menuju penurunan dalam 4 bulan beruntun. Sejak akhir Maret hingga saat ini, yield tersebut sudah turun lebih dari 50 basis poin.

Pergerakan yield Treasury sering dikaitkan dengan suku bunga di AS. Ketika yield Treasury naik, pelaku pasar berekspektasi bank sentrak AS (The Fed) akan mengetatkan kebijakan moneter dengan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (Quantitative Easing/QE) hingga menaikkan suku bunga.

Sehingga ketika yield Treasury mengalami penurunan, artinya ekspektasi pengetatan moneter meredup.

Nelson saat ini yakin, The Fed akan menjadi salah satu bank sentral di dunia yang tertinggal atau paling telat dalam melakukan normalisasi kebijakan moneter.

The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter di pekan ini. Dalam pengumuman kebijakan moneter Juni lalu, The Fed memberikan proyeksi terbaru suku bunga akan naik di tahun 2023, bahkan tidak menutup kemungkinan di tahun depan. Lebih cepat dari sebelumnya yang memproyeksikan kenaikan suku bunga di tahun 2024.

Meski demikian, dengan kondisi perekonomian global yang diperkirakan melambat, mulai muncul keraguan The Fed akan menaikkan suku bunga tahun depan.

Meski demikian, pelaku pasar tetap berhati-hati jika The Fed masih optimistis terhadap perekonomian AS. Kehati-hatian tersebut membuat rupiah melemah tipis di awal perdagangan hari ini, meski ada sentimen positif dari dalam negeri.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> PPKM Level 4 Diperpanjang dan Dilonggarkan

Salah satu pemicu penguatan rupiah pada pekan lalu yakni harapan dilonggarkannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4.

Kemarin Presiden Joko Widodo (Jokowi), resmi mengumumkan PPKM level 4 diperpanjang, tetapi dengan pelonggaran di beberapa sektor.

"Saya memutuskan untuk melanjutkan penerapan PPKM level 4 dari tanggal 26 Juli sampai dengan 2 Agustus 2021," kata Jokowi dalam pernyataan resmi dari Istana Merdeka, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Minggu (25/7/2021).

Meski demikian, pelonggaran dilakukan di beberapa sektor. Pasar rakyat yang menjual sembako diperbolehkan bukan normal, tetapio dengan protokol kesehatan yang ketat.

Selain itu usaha kecil juga kembali boleh dibuka hingga pukul 21:00 WIB, dan warung makan atau sejenisnya diizinkan bukan hingga pukul 20:00 WIB, dan boleh makan ditempat dengan protokol kesehatan yang ketat, dan maksimal 20 menit setiap pengunjung.

Kemudian pusat perbelanjaan, mal, pusat perdagangan dibuka dengan kapasitas maksimal 25% sampai dengan 17.00 waktu setempat.

Beberapa pelonggaran tersebut bisa menjadi sentimen positif, tetapi tentunya bagaimana perkembangan kasus Covid-19 akan kembali menjadi perhatian. Jika belum menunjukkan tren penurunan lagi, maka ada risiko PPKM Level 4 akan diperpanjang lagi, tanpa pelonggaran yang lebih luas.

idrFoto: Datawrapper

Dalam 7 hari terakhir hingga Sabtu lalu rata-rata penambahan kasus per hari sebanyak 42.153 orang, turun dibandingkan 7 hari sebelumnya sebanyak 48.768 orang per hari.

Sementara kemarin, kasus Covid-19 dilaporkan sebanyak 38.679 orang, turun jauh dari hari Sabtu sebanyak 45.416 orang. Angka tersebut juga untuk pertama kalinya kembali ke bawah 40.000 per hari setelah selama 3 hari berada di atas level tersebut, bahkan nyaris mencapai 50.000 kasus per hari pada Kamis dan Jumat pekan lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular