CBA Prediksi Dolar Australia Bakal Merosot Lebih Dalam

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Jumat, 23/07/2021 14:30 WIB
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sedang tertekan akibat melonjaknya kasus penyakit virus corona (Covid-19) di Indonesia. Meski demikian, dolar Australia nyatanya masih melemah melawan rupiah pada perdagangan Jumat (23/7/2021). Ke depannya, Mata Uang Negeri Kanguru ini diprediksi masih akan turun lebih dalam oleh Commonwealth Bank of Australia (CBA).
Pada pukul 14:03 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.677,25, dolar Australia melemah 0,05% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Dolar Australia dikatakan tertekan akibat memburuknya outlook perekonomian global akibat penyebaran terbaru virus corona di berbagai negara.

"Kami perkirakan dolar Australia akan terkena dampak yang besar setelah pelaku pasar melihat outlook perekonomian global memburuk," kata Kim Mundy, ahli stratgi di CBA, sebagaimana dilansir poundsterling live, Rabu (21/7/2021).


Mundy dan timnya di CBA kini menandtisipasi penurunan dolar Australia yang lebih dalam, sebab momentum pemulihan ekonomi global meredup, serta kemungkinan respon kebijakan moneter bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA).

RBA saat ini menggelontorkan program pembelian aset (Quantitative Easing/QE senilai AU$ 5 miliar per pekan, dan akan berakhir pada September mendatang.

Dalam rapat kebijakan moneter bulan ini, RBA memutuskan memperpanjang QE tersebut dengan mengurangi nilai pembelian menjadi AU$ 4 miliar per pekan. RBA juga memutuskan mempertahankan suku bunga di rekor terendah 0,1%.

Dengan kondisi perekonomian global yang memburuk tersebut, RBA diperkirakan akan tetap melakukan program QE senilai AU$ 5 miliar bukan US$ 4 miliar.

"Media terpercaya melaporkan jika RBA akan memikirkan kembali pengurangan nilai QE sebab beberapa kota besar masih melakukan lockdown. Semakin lama lockdown, maka QE saat ini senilai AU$ 5 miliar sepertinya akan diperpanjang hingga beberapa bulan ke depan," kata Richard Franulovich, kepala strategi di Westpac, sebagaimana dilansir poundsterling live.

Data terbaru yang dirilis dari Australia menunjukkan bagaimana dampak kembali menyebarnya virus corona. Biro Statistik Australia melaporkan penjualan ritel bulan Juni merosot 1,8% dari bulan sebelumnya. Penurunan tersebut menjadi yang pertama dalam 7 bulan terakhir, dan lebih tajam ketimbang prediksi penurunan Reuters sebesar 0,5%.

Di akhir Mei lalu, beberapa kota besar di Negara Bagian Victoria kembali menerapkan lockdown guna meredam penyebaran terbaru virus corona. Hal tersebut berdampak pada merosotnya penjualan ritel.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor