Pantas Ramai-ramai Bikin Bank Digital, ATM Ditinggal Nasabah!

tahir saleh, CNBC Indonesia
23 July 2021 13:24
Ilustrasi ATM Link Aja. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi ATM Link Aja. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren perbankan yang mulai mengurangi jumlah kantor cabang dan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dinilai menjadi cerminan dari dampak transformasi layanan bank digital di Indonesia. Jika bank konvensional tak beradaptasi, akan berefek pada prospek di tengah ketatnya persaingan.

"Kemajuan teknologi, consumer behaviour, persaingan yang ketat antarbank dan muncul ancaman baru dari 'bank-bank baru'," kata pengamat pasar modal, Rovandi dalam pesannya kepada CNBC Indonesia, Jumat (23/7/2021).

Mantan analis PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) itu menilai tren munculnya bank digital memang tak terelakkan, apalagi dengan adanya kerja sama dengan platform pembayaran.

"Seperti Gopay, OVO, PayPal dan lainnya ini, maka penutupan kacab dan ATM ini hanya cycle kecil dari transformasi digital yang ada di depan. Bank-bank besar saat ini jika tidak bertransformasi maka akan 'kegilas', tapi memang saat ini mereka [bank-bank besar] juga yang paling cepat beradaptasi kalau kita lihat," kata Rovandi.

Sebagai informasi saat ini, setidaknya ada tujuh bank dalam proses mengajukan izin layanan digital di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Mereka adalah PT Bank Digital BCA, PT BRI Agroniaga Tbk (AGRO), PT Bank Neo Commerce Tbk, (BBYB). PT Bank Capital Tbk,(BACA), PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW), dan PT Bank KEB Hana.

OJK sebetulnya juga sudah menyinggung soal tren pergeseran pola transaksi nasabah yang mulai memanfaatkan digitalisasi dibandingkan dengan konvensional lewat kantor cabang (kacab) perbankan.

Dari sebelumnya bertransaksi di kacab, beralih ke transaksi di ATM dan transaksi di ATM pun mulai ditinggalkan nasabah.

OJK mencatat, jumlah kacab perbankan juga telah berkurang lebih dari 3.000 kacab dalam waktu hampir 6 tahun terakhir.

Deputi Direktur dan Perbankan Internasional OJK Tony mengatakan maraknya transaksi perbankan secara digital mendorong bank-bank memilih untuk tidak membuka kantor cabang baru karena dinilai tidak efisien.

"Dalam beberapa tahun terakhir sangat marak transaksi yang dilakukan di berbagai bank melalui mobile app mereka. Akibat maraknya transaksi melalui mobile mereka, itu berdampak bahwa masyarakat itu semakin jarang ke kantor cabang bank sehingga bank melihat pendirian kantor cabang menjadi tidak efisien dan mereka mulai menutupi sejumlah kantor dan mulai beralih ke layanan elektronik," kata Tony beberapa waktu lalu.

Dari bahan paparan yang disampaikan oleh OJK, jumlah kantor cabang perbankan per Maret 2021 berjumlah sebanyak 29.889 kantor cabang. Jumlah ini turun dari posisi Desember 2020 yang sebanyak 30.733 kantor cabang.

Penurunan ini juga sejalan dengan berkurangnya jumlah bank umum dari sebelumnya 109 bank di akhir tahun lalu menjadi 107 bank di akhir kuartal I-2021 lalu.

Sedangkan sedang akhir 2015, tercatat yang masih beroperasi sebanyak 32.963 kantor cabang dari 118 bank umum yang beroperasi di Indonesia.

NEXT: Tren Terkikisnya Pamor ATM 

Tren pergeseran penggunaan ke transaksi digital terus terjadi. Saat ini bahkan transaksi nasabah pun mulai meninggalkan ATM dan beralih menggunakan aplikasi yang disediakan masing-masing bank.

Direktur Treasury & International Banking PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), Panji Irawan mengatakan saat ini nasabah tak lagi mengandalkan ATM untuk melakukan transaksi, setidaknya hal itu terjadi di Bank Mandiri.

"Tren menunjukkan behaviour tak lagi menggunakan ATM, nasabah nyaman menggunakan aplikasi online," kata Panji kepada CNBC Indonesia dalam forum Economic Update, di Jakarta, Kamis (22/7/2021).

Bank Mandiri mencatat pada kuartal pertama 2021, transaksi di ATM sebesar Rp 200 triliun lebih kecil dari transaksi di aplikasi yang mencapai Rp 341 triliun.

Menurutnya, ini adalah salah satu tren yang dipercepat karena adanya pandemi. Masyarakat yang tetap di rumah memiliki pola yang berubah. Untuk itu, Bank Mandiri tak hanya berinvestasi untuk aplikasi.

Meski begitu, sebagai upaya terus meningkatkan kenyamanan nasabah, Bank Mandiri telah menarik sebanyak 5.000 ATM yang berusia tua. Sehingga saat ini, ATM yang tersedia dan dimiliki oleh Bank Mandiri memiliki performa yang mumpuni karena usianya yang masih muda.

Sebelumnya OJK sudah merilis roadmap (peta jalan) pengembangan perbankan nasional 2020-2025, yang mengatur soal digitalisasi perbankan.

Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK Teguh Supangkat menjelaskan terkait peta jalan tersebut, pandemi telah mendorong transaksi dan layanan keuangan secara digital dan virtual di Indonesia.

Perkembangan tersebut mendorong otoritas pengawas keuangan untuk mempercepat transformasi digitalisasi perbankan Indonesia, menempatkannya sebagai prioritas terpenting kedua yang harus dijalankan dalam peta pengembangan industri.

"Kondisi ini menuntut adanya transformasi struktural, antara lain melalui akselerasi layanan digital. Dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperkuat oleh bank, baik jangka pendek, melakukan konsolidasi atau jangka panjang transformasi struktural," tuturnya beberapa waktu lalu.

Roadmap tersebut menurut Teguh bisa menjadi pijakan pengembangan ekosistem perbankan, serta memberikan arah mengatasi tantangan perbankan ke depan sehingga bisa berkontribusi optimal terhadap perekonomian nasional.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Fenomena Baru: Kantor Cabang-ATM Mulai Ditinggalkan Nasabah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular