Kasus Covid 'Meledak' Lagi, Rupiah di Bawah Rp14.500/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Jumat, 23/07/2021 09:27 WIB
Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah menguat tajam pada perdagangan Kamis kemarin, rupiah berbalik melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (23/7/2021). Penyebabnya, kasus penyakit virus corona (Covid-19) yang kembali melonjak, bertambah nyaris 50.000 orang per hari.

Melansir data dari Refinitiv, rupiah membuka perdagangan hari ini dengan melemah 0,07% ke Rp 14.490/US$, setelah melesat 0,41% kemarin. Sempat menyentuh Rp 14.500/US$, tetapi rupiah memangkas pelemahan dan bertahan di bawah level tersebut.

Kemarin rupiah mampu menguat tajam akibat membaiknya sentimen pelaku pasar secara global, serta ekspektasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 dan 4 akan dilonggarkan pada 26 Juli mendatang, sebab kasus Covid-19 sudah menunjukkan penurunan dalam 6 hari beruntun.


Foto: Datawrapper 

Tetapi, pelaku pasar kini was-was pelonggaran tersebut batal dilakukan. Sebab kasus Covid-19 kembali melonjak. Kemarin, setelah pasar dalam negeri ditutup, Kementerian Kesehatan melaporkan kasus baru pada hari ini Rabu (21/7/2021) bertambah 49.509 pasien, naik dari hari sebelumnya sebanyak 33.772 orang, yang merupakan yang terendah sejak 6 Juli.

Jika PPKM level 3 dan 4 batal dilonggarkan, tentunya menjadi kabar buruk, perekonomian Indonesia berisiko merosot lagi. Apalagi Bank Indonesia (BI) kemarin saat mengumumkan kebijakan moneter memangkas proyeksi produk domestik bruto (PDB) tahun ini.

BI memproyeksi PDB RI akan berada di kisaran 3,5%-4,3% lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 4,1-5,1%.

BI kemarin juga mengumumkan mempertahankan 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%. Suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility juga bertahan masing-masing 2,75% dan 4,25%.

Kali terakhir BI menurunkan suku bunga acuan adalah pada Februari 2021. Selepas itu, suku bunga selalu ditahan dengan stabilitas nilai tukar rupiah menjadi alasan utama.

"Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan sistem keuangan karena ketidakpastian di pasar keuangan global di tengah prakiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dari dampak Covid-19," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG.

Sementara itu dolar AS juga sedang lesu, sehingga rupiah mampu bertahan di bwah Rp 14.500/US$.

Kasus Covid-19 juga mengalami peningkatan dan dampaknya sudah mulai terlihat di pasar tenaga kerja. Kemarin data klaim tunjangan pengangguran mingguan dilaporkan sebanyak 419.000, jauh lebih tinggi dari hasil polling Reuters terhadap para ekonom yang memperkirakan sebanyak 350.000 klaim. Selain itu, rilis tersebut merupakan yang tertinggi sejak pertengahan Mei lalu.

"Data tersebut menunjukkan bukti adanya pelambatan ekonomi," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Cambridge Global Payments, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (22/7/2021).

"Rilis data tersebut selalu lebih tinggi dari perkiraan, menunjukkan pasar tenaga kerja AS kehilangan momentum. Hal tersebut dapat membuat The Fed (bank sentral AS) memundurkan lagi rencana pengetatan moneter, dan yield obligasi akan menurun," tambahnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS