Analisis Teknikal

Angka Covid 'Meledak' Lagi, Rupiah Kalah Sebelum Bertanding?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Jumat, 23/07/2021 09:52 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menguat tajam 0,41% melawan dolar AS ke Rp 14.480/US$ pada perdagangan Kamis kemarin (22/7). Membaiknya sentimen pelaku pasar global, serta pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia menjadi pemicu penguatan rupiah.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 21 dan 22 Juli memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%. Suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility juga bertahan masing-masing 2,75% dan 4,25%.

Kali terakhir BI menurunkan suku bunga acuan adalah pada Februari 2021. Selepas itu, suku bunga selalu ditahan dengan stabilitas nilai tukar rupiah menjadi alasan utama.


"Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan sistem keuangan karena ketidakpastian di pasar keuangan global di tengah prakiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dari dampak Covid-19," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG.

Pengumuman tersebut disambut baik oleh rupiah, meski BI juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi. BI memproyeksi PDB RI akan berada di kisaran 3,5%-4,3% lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 4,1-5,1%.

Namun, pada perdagangan hari ini, Jumat (23/7/2021), rupiah berisiko berbalik melemah lagi hingga sore nanti.

Sebab, kasus penyakit virus corona (Covid-19) kembali mencatat kenaikan signifikan, setelah menunjukkan tren menurun dalam 6 hari sebelumnya. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kasus baru pada hari ini Rabu (21/7/2021) bertambah 49.509 pasien, naik dari hari sebelumnya sebanyak 33.772 orang, yang merupakan yang terendah sejak 6 Juli.

Foto: Datawrapper

Kenaikan tersebut tentunya membuat pelaku pasar was-was, sebab jika kembali menanjak maka rencana pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 pada 26 Juli mendatang bisa jadi batal. Hal tersebut tentunya menjadi kabar buruk, perekonomian Indonesia berisiko merosot lagi.

Tanda-tanda rupiah akan melemah sudah terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang pagi ini lebih lemah ketimbang beberapa saat sebelum penutupan perdagangan kemarin. 

PeriodeKurs 22 Juli (14:54 WIB)Kurs 23 Juli (07:03 WIB)
1 PekanRp14.466,90Rp14.497,05
1 BulanRp14.521Rp14.543,50
2 BulanRp14.576Rp14.599,05
3 BulanRp14.627Rp14.653,45
6 BulanRp14.777,20Rp14.801,15
9 BulanRp14.930,60Rp14.953,55
1 TahunRp15.085,60Rp15.112,55
2 TahunRp 15.799,7Rp15.702

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Secara teknikal, pola Shooting Star yang muncul pada Rabu (30/6/2021), dan sehari setelahnya muncul pola Gravestone Doji terbukti masih mampu menjaga peluang penguatan rupiah. Keduanya merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset. Dalam hal ini dolar AS melemah dan rupiah yang menguat.

Tail atau ekor pola Gravestone Doji berada di Rp 14.550/US$, rupiah pada hari Rabu memang melemah, tetapi masih bertahan di bawahnya. Hal tersebut menjaga peluang penguatan rupiah, yang akhirnya terjadi kemari.

Sementara itu indikator stochastic pada grafik harian makin menjauh dari wilayah overbought.

Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Artinya momentum penguatan rupiah sudah mulai berkurang, sebab stochastic mulai menjauh dari wilayah overbought.

Level psikologis Rp 14.500/US$ kini menjadi resisten terdekat, selama bertahan di bawahnya rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.450/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membawa rupiah menguat ke Rp 14.425/US$.

Sementara jika melewati resisten lagi, rupiah berisiko melemah menuju Rp 14.550/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS