IHSG Meroket, tapi Ascending Triangle Jadi Penahan di Sesi 2
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meroket di perdagangan sesi I hingga menembus level 6.100. Penguatan tajam IHSG tersebut mengikuti pergerakan bursa Asia yang juga menguat berkat membaiknya sentimen pelaku pasar.
IHSG mampu melesat 1,3% ke 6.107,793 di perdagangan sesi I, dengan investor asing melakukan aksi beli bersih Rp 523 miliar di pasar reguler.
Selain sentimen pelaku pasar global yang sedang membaik, semakin menguatnya peluang dilonggarkannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat atau yang saat ini disebut PPKM Level 3 dan 4, pada 26 Juli mendatang juga mendorong kenaikan IHSG.
PPKM Mikro Darurat akan dilonggarkan jika kasus penyakit virus corona (Covid-19) terus menunjukkan penurunan. Dan benar kejadian, 6 hari terakhir kasus Covid-19 terus menurun, meski masih di atas 30.000 kasus per hari.
Sementara itu Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan kebijakan moneter jelang penutupan perdagangan hari ini. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan proyeksi BI 7 Day Reverse Repo Rate tetap bertahan di 3,5%.
Dari 12 institusi yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus, semuanya sepakat bulat, aklamasi. Tidak ada dissenting opinion.
Kali terakhir BI menurunkan suku bunga acuan adalah pada Februari 2021. Selepas itu, suku bunga selalu ditahan dengan stabilitas nilai tukar rupiah menjadi alasan utama.
Stabilitas rupiah juga menjadi penting bagi investor asing. Rupiah yang stabil akan memberikan kenyamanan dalam berinvestasi di dalam negeri, sebab kerugian akibat kurs bisa diminimalisir.
Secara teknikal, penguatan tajam IHSG hari ini masih tertahan batas atas pola Ascending Triangle di kisaran 6.115.
Selain itu IHSG juga sudah melawati rerata pergerakan 100 hari (Moving Average 100/MA 100) di kisaran 6.060 hingga 6.080. MA 100 merupakan tembok tebal atau resisten yang kuat.
Beberapa kali IHSG mencoba melewatinya tetapi selalu gagal. Termasuk di hari Senin lalu, IHSG berbalik ambrol padahal di hari perdagangan sebelumnya sukses mencapai MA 100 tersebut. IHSG berada di bawah MA 100 sejak 31 Maret lalu, lebih dari 3 bulan terakhir.
IHSG di sesi I mampu berakhir di atasnya, dan jika bertahan hingga akhir perdagangan nanti akan menjadi sinyal positif. Apalagi jika IHSG mampu mencatat strong break out di atas batas atas Ascending Triangle, maka ruang berlanjutnya penguatan ke depannya akan terbuka lebar.
MA 100 kini menjadi support terdekat yang akan menahan koreksi IHSG. Tetapi jika dilewati, IHSG berisiko menuju 6.030.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)