Top Rupiah! Dolar Australia Turun ke Level Terendah 5 Bulan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Jumat, 16/07/2021 11:48 WIB
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia terus mengalami tekanan di pekan ini, hingga menyentuh level terendah dalam 5 bulan terakhir melawan rupiah. Sementara pada perdagangan Jumat (16/7/2021), Mata Uang Negeri Kanguru ini bangkit, tetapi setidaknya hingga siang ini.

Pada pukul 11:13 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.790,27, dolar Australia menguat 0,33% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara jika dilihat sepanjang pekan ini dolar Australia masih melemah 0,8%, kemarin bahkan menyentuh level Rp 10.729,68/AU$ yang merupakan level terendah sejak 8 Februari lalu.

Buruknya kinerja dolar Australia di pekan ini bahkan terjadi meski pasar tenaga kerja Negeri Kanguru menunjukkan penguatan.


Biro Statistik Australia melaporkan tingkat pengangguran di bulan Juni turun menjadi 4,9% dari sebelumnya 5,1%, sekaligus mematahkan prediksi para ekonom tetap sebesar 5,1%.

Tingkat pengangguran Australia kini berada di level terendah sejak Februari 2019, atau jauh sebelum virus corona menyerang dunia.

Selain itu, sepanjang bulan Juni, perekonomoian Australia juga dilaporkan mampu menyerap 29.100 tenaga kerja.

Data tersebut menunjukkan perekonomian Australia masih tetap kuat meski virus corona beberapa bulan lalu kembali menyerang. Beberapa kota besar di Negara Bagian Victroia bahkan kembali menerapkan karantina wilayah (lockdown) di akhir Mei lalu, dan sudah dibuka secara perlahan mulai bulan lalu.

Dolar Australia tertekan akibat sikap bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA). Dalam pengumuman kebijakan moneter awal bulan ini, RBA memutuskan mempertahankan suku bunga di rekor terendah 0,1%. RBA juga mengakui jika pemulihan ekonomi lebih kuat dari prediksi. Tetapi bukannya mengetatkan kebijakan moneter, RBA justru memperpanjang stimulusnya melalui program pembelian obligasi (quantitative easing/QE).

Sikap dovish tersebut membuat dolar Australia terus melemah.

QE bank sentral Australia ini senilai AU$ 5 miliar per pekan, dan berakhir pada bulan September nanti. Tetapi akan diperpanjang dengan mengurangi nilai pembelian menjadi AU$ 4 miliar per pekan.

RBA melalui sang gubernur Philip Lowe juga menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.

Lowe menegaskan suku bunga tidak akan dinaikkan hingga tingkat pengangguran turun menjadi 4% dari saat ini 5,1%, dan inflasi naik ke kisaran 2% hingga 3%.

Sama dengan sebelum-sebelumnya, target bank sentral tersebut diperkirakan baru akan tercapai pada tahun 2024.

"Inflasi saat ini masih belum mencapai target. Kami ingin melihat inflasi mencapai target sebelum menaikkan suku bunga," kata Lowe, sebagaimana dilansir Reuters.

"Kami akan tetap menggelontorkan stimulus moneter dengan membeli obligasi sampai kita melihat kemajuan yang signifikan," tegas Lowe.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor