Analisis Teknikal

Rupiah Bisa Menguat, tapi The Fed Bisa Bikin Dolar AS Perkasa

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Jumat, 16/07/2021 08:25 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.480/US$ Kamis kemarin. Artinya, dalam 2 hari terakhir, rupiah melemah tipis-tipis kurang dari 0,1%. Pergerakan yang sama kemungkinan akan terjadi pada hari ini, Jumat (16/7/2021).

Dari dalam negeri, lonjakan kasus penyakit virus corona (Covid-19) masih menjadi perhatian utama, sebab masih belum berhenti mencatat rekor tertinggi.

Kemarin, jumlah kasus baru dilaporkan bertambah lebih dari 56 ribu orang. Hal ini tentunya berisiko memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat.


PPKM Mikro Darurat dilakukan mulai tanggal 3 hingga 20 Juli, tetapi belum ada tanda-tanda melandainya kurva kasus positif harian.

Meski kasus Covid-19 terus menanjak, tetapi rupiah masih mampu bertahan di bawah RP 14.500/US$. Rupiah diuntungkan dengan meredupnya spekulasi tapering di tahun ini. Ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell, yang sekali lagi meredam spekulasi tersebut.

Powell berbicara dalam rangka Semi Annual Monetary Policy Report di hadapan House Financial Services Committee kemarin malam, dan mengatakan belum akan merubah kebijakan moneternya.

Sementara itu inflasi tinggi di AS, yang kembali memunculkan spekulasi tapering di tahun ini, sekali lagi ditegaskan hanya bersifat sementara, dan ke depannya tekanan inflasi akan moderat.

Menurut Powell, tolak ukur The Fed yakni "kemajuan substansial" menuju pasar tenaga kerja penuh (full employment) dan stabilitas harga masih "jauh" dari kata tercapai.

Tetapi, Presiden The Fed wilayah Chicago Charles Evans mengindikasi tapering bisa terjadi di tahun ini. Ia mengatakan perlu melihat perbaikan pasar tenaga lebih lanjut, untuk memulai tapering. Dan menurutnya perbaikan tersebut akan tercapai di tahun ini.

"Melihat beberapa bulan terakhir, pertumbuhan pasar tenaga kerja lebih lambat dari yang saya perkirakan. Saya akan bilang masih ada beberapa hal yang perlu dinilai untuk mencapai kemajuan substansial yang kita perlukan untuk merubah kebijakan moneter kami," kata Evans, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (15/7/2021).

Lagi-lagi pasar dibuat bingung akan panduan kebijakan The Fed. Yang pasti, indeks dolar AS merespons dengan menguat 0,23% kemarin, setelah merosot 0,37% hari sebelumnya. Artinya, rupiah berisiko tertekan lagi.

Secara teknikal, rupiah dalam 2 hari terakhir melemah tipis-tipis, sehingga belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan.

Potensi penguatan rupiah masih terbuka melihat indikator stochastic pada grafik harian mulai keluar dari wilayah overbought

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Artinya rupiah memiliki tenaga yang cukup besar untuk menguat. Apalagi pada pekan lalu muncul pola-pola yang berpeluang membuat rupiah menguat bermunculan.

Pada Rabu (30/6/2021), rupiah membentuk pola Shooting Star, sehari setelahnya muncul pola gravestone doji. Keduanya tersebut merupakan pola ini merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset. Dalam hal ini dolar AS melemah dan rupiah yang menguat.

Support terdekat kini berada di 14.450/US$. Jika level tersebut mampu dilewati, rupiah berpotensi menguat menuju Rp 14.400/US$.

Sementara level psikologis Rp 14.500/US$ menjadi resisten terdekat. Jika kembali ke atasnya, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.530/US$, sebelum menuju ke Rp 14.565/US$. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS