Bursa Asia Ramai Menguat, IHSG & Indeks Shanghai Jawaranya!

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
15 July 2021 17:05
People walk past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, Dec. 11, 2019. Asian stock markets have risen following a report President Donald Trump plans to delay a tariff hike on Chinese goods. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia ditutup menguat pada perdagangan Kamis (15/7/2021), setelah China melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal keduanya pada tahun ini.

Tercatat indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melesat 0,75% ke level 27.996,27, Shanghai Composite China meroket 1,02% ke 3.564,59, dan KOSPI Korea Selatan menguat 0,66% ke 3.286,22.

Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terbang 1,13% ke 6.046,75 dan menjadi yang tertinggi penguatannya.

Sementara untuk indeks Nikkei Jepang ditutup ambles 1,15% ke level 28.279,09 dan Straits Times Singapura melemah 0,42% ke 3.139,98.

Pasar saham Jepang ditutup ambruk karena investor sedang memasang sikap hati-hati menjelang musim rilis laporan keuangan perusahaan di Jepang.

Investor juga kembali khawatir setelah kasus virus corona (Covid-19) kembali melonjak sepekan sebelum perhelatan olah raga bergengsi di dunia, Olimpiade dilaksanakan di ibukota Tokyo.

Pemerintah Tokyo mencatat sebanyak 1.149 kasus baru terjadi pada Rabu (14/7/2021), terbesar sejak pertengahan Januari allu, meskipun keadaan darurat baru dimulai pada Senin (12/7/2021) lalu dan berlangsung hingga 22 Agustus.

Banyak yang khawatir bahwa masuknya atlet dan pejabat terkait dari luar negeri dapat memicu lonjakan kasus baru lebih dalam.

"Kasus baru masih meningkat, dan Olimpiade baru saja akan dimulai dan hal inilah yang membuat investor kembali khawatir dan cenderung berhati-hati," kata Masahiro Ichikawa, kepala strategi pasar di Sumitomo Mitsui DS Asset Management, dikutip dari Reuters.

"Musim rilis laporan keuangan juga akan segera dimulai, jadi ada beberapa penyesuaian posisi yang terjadi oleh investor." tambah Ichikawa.

Sementara itu, China melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua sebesar 7,9%, atau mendekati konsensus pasar yang dihimpun Reuters sebesar 8,1%.

Angka itu terhitung turun dari posisi kuartal I-2021 sebesar 18,3%, tapi lebih dikarenakan aspek teknis di mana kuartal pertama merupakan momentum pembalikan ekonomi Negeri Panda sehingga terjadi lompatan.

Pasar menyoroti angka penjualan ritel per Juni yang melesat 12,1% secara tahunan, atau melampaui ekspektasi pasar dalam konsensus Reuters yang memperkirakan angka 11%. Pertumbuhan itu mengindikasikan konsumsi masyarakat di China telah pulih kembali.

Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), bos bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell dalam pidatonya di hadapan Kongres AS pada Rabu (14/7/2021) waktu AS menyatakan belum akan mengubah kebijakan moneternya menjadi ketat, dan memperkirakan inflasi di Negara Adidaya itu akan melandai.

Powell kembali dapat meredakan ketakutan yang sempat terjadi di pasar karena angka inflasi AS bulan Juni yang meroket melebihi ekspektasi.

Bos bank sentral AS tersebut menyebutkan bahwa bank sentral bisa menunggu sebelum mulai melonggarkan pembelian obligasinya, meski kenaikan angka inflasi, yang menurut Powell bakal moderat akhir tahun ini.

"Angka inflasi memang lebih tinggi dari yang diharapkan, akan tetapi ini kenaikan ini masih konsisten dengan apa yang sudah dibahas sebelum-sebelumnya. Ini hanyalah badai permintaan yang tinggi dan lemahnya penawaran, hal ini akan terlewati dalam waktu dekat," ujar Powell pada pertemuan sang Gubernur The Fed dengan House Financial Services Comitee.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular