Waspada! Kasus Covid-19 Bisa Picu IHSG Merosot di Bawah 6.000
Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan di bursa saham domestik diperkirakan masih terus berlanjut seiring kekhawatiran pelaku pasar mengenai peningkatan kasus Covid-19 di tanah air. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berpeluang menyentuh level di bawah 6.000.
Seperti diketahui, Indonesia saat ini menjadi episentrum penyebaran kasus Covid-19 di Asia setelah mencatatkan rekor kasus positif harian 54 ribu kasus, lebih tinggi dari India.
Direktur Panin Asset Management, Rudiyanto mengungkapkan, selama kasus belum turun, hal ini akan menjadi sentimen negatif ditambah jika ada PPKM Darutat yang lebih panjang.
Namun, karena ada juga sentimen positif dari saham sektor teknologi, kemungkinan IHSG akan cenderung bergerak sideways. Untuk itu, percepatan vaksinasi menjadi kunci agar infeksi kasus mengalami penurunan.
"Saya tidak ada perkiraan untuk titik terendah, namun harusnya 6.000 akan menjadi level resistance yang cukup kuat," kata Rudiyanto, kepada CNBC Indonesia, Kamis (15/7/2021).
Sementara itu, Kepala Riset Praus Capital, Alfred nainggolan berpendapat, PPKM bila diperpanjang selama 6 pekan akan berimbas pada penurunan aktivitas ekonomi dan menjadi penekan bagi iHSG karena pendapatan maupun laba emiten akan mengalami penurunan.
Namun, kondisi saat ini, dengan proses vaksinasi masih tetap berjalan bahkan Pemerintah terus meningkatkan target pelaksanaan vaksin akan sangat membantu untuk mencapai kekebalan kelompok, sehingga dampaknya sudah diantisipasi oleh investor tidak separah tahun lalu.
"Memasuki semester II, pasar akan mulai mengarahkan pada ekspektasi 2022 yang pastinya punya prospek yang lebih baik," kata Alfred Nainggolan saat dihubungi CNBC Indonesia.
Dengan asumsi PSBB darurat hingga 6 minggu, Praus Capital memperkirakan, pertumbuhan ekonomi akan berada di bawah 4% dan recovery IHSG pasca selesainya gelombang kedua pandemi Covid-19 diperkirakan masih mampu ke rentang 6.400- 6.600
Sementara itu, Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, Dimas Wahyu Putra Pratama menjelaskan, selain kasus Covid-19, sentimen negatif di pasar modal juga berasal dari pemerintah yang menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi karena wacana kebijakan perpanjangan PPKM Darurat menjadi 6 pekan.
Sentimen lainnya, bursa saham juga masih tertekan dengan sektor perbankan yang akan melakukan aksi korporasi rights issue seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
"Sentimen ini yang menyebabkan saat ini market tertekan di bawah 6.000," kata Dimas, dalam wawancara di program InvesTime CNBC Indonesia, Rabu (14/7/2021).
Adapun, Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis pengumuman kinerja keuangan kuartal II/2021 emiten di bursa dapat membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di atas level psikologis 6.000 bahkan dapat menguat hingga mendekati 6.200.
Martha Christina, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas menilai penguatan indeks saham domestik diprediksi masih dapat terealisasi meskipun dibatasi oleh risiko berlanjutnya kenaikan angka kasus baru penderita Covid-19 di dalam negeri dan global.
Prediksi penguatan IHSG tersebut juga didasari analisis secara teknikal dengan acuan support 5.985-5.884 dan resistance 6.115-6.134.
"Prediksi optimis tersebut didukung rilis laporan keuangan perusahaan kuartal II/2021 yang diperkirakan akan tetap bertumbuh, mengingat low base effect yang terjadi pada kuartal 2 tahun lalu," katanya.
(hps/hps)