AS & China Bagikan Angin Segar, IHSG Menguat Sepanjang Sesi 1

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
15 July 2021 11:48
Aktivitas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/1/2018). Pasca ambruknya koridor lantai 1 di Tower 2 Gedung BEI kemarin (15/1/2018), hari ini aktifitas perdagangan saham kembali berjalan normal
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mantap bergerak di teritori positif sepanjang perdagangan sesi pertama Kamis (15/7/2021), di tengah reli kabar positif dari China dan Amerika Serikat (AS).

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 6.026,906 atau lompat 47,7 poin (+0,8%) setelah sepanjang perdagangan pagi berada di zona hijau dengan level pembukaan di 5.986,65 atau menguat 0,12%.

IHSG bahkan sempat menyentuh level tertinggi harian di 6.033,713 sepuluh menit jelang penutupan sesi satu dengan level terendah hanya pada 5.982,804. Sebanyak 254 saham naik, 200 lain melemah, dan 164 sisanya flat.

Nilai transaksi bursa hari ini masih tipis, di kisaran Rp 5,2 triliun yang melibatkan 9 miliaran saham dalam transaksi sebanyak 669.000-an kali. Investor asing memborong saham-saham unggulan, dengan pembelian bersih (net buy) senilai Rp 255,1 miliar.

Saham yang diburu asing adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan nilai pembelian masing-masing sebesar Rp 100,9 miliar dan Rp 49,8 miliar. Kedua saham tersebut melesat masing-masing sebesar 2,7% dan 32% menjadi Rp 3.810 dan Rp 3.120/saham.

Sebaliknya, saham yang dilego asing terutama PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dengan nilai penjualan masing-masing sebesar Rp 22,4 miliar dan Rp 13 miliar. Keduanya terkoreksi, masing-masing sebesar 0,8% dan 0,9% menjadi Rp 2.530 dan Rp 3.270/ saham.

Saham BBRI kembali merajai transaksi dengan nilai Rp 242,8 miliar diikuti saham PT Surya Permata Andalan Tbk (NATO) sebesar Rp 312,5 miliar. Keduanya kompak menguat, masing-masing sebesar 2,7% dan 3% menjadi Rp 3.810 dan Rp 515/saham.

China membawa kabar positif dengan merilis pertumbuhan ekonomi kuartal kedua sebesar 7,9%, atau mendekati konsensus pasar yang dihimpun Reuters sebesar 8,1%. Angka itu terhitung turun dari posisi kuartal I-2021 sebesar 18,3%, tapi lebih dikarenakan aspek teknis di mana kuartal pertama merupakan momentum pembalikan ekonomi Negeri Panda sehingga terjadi lompatan.

Pasar lebih tertarik menyoroti angka penjualan ritel per Juni yang melesat 12,1% secara tahunan, atau melampaui ekspektasi pasar dalam konsensus Reuters yang memperkirakan angka 11%. Pertumbuhan itu mengindikasikan konsumsi masyarakat di China telah pulih kembali.

Pemulihan indikator ekonomi negara dengan perekonomian terbesar kedua dunia tersebut memicu optimisme bahwa permintaan bahan baku dan sumber daya energi akan meningkat, sehingga membantu pemulihan negara lain yang menjadi pemasoknya, termasuk Indonesia.

Dari Amerika Serikat (AS), bos bank sentral (Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell menyatakan belum akan mengubah kebijakan moneternya menjadi ketat, dan memperkirakan inflasi akan melandai.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PDB China Tak Meyakinkan, IHSG Berakhir Merah di Sesi 1

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular