Dolar AS Perkasa, Harga Emas Turun! Serok Nih?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 July 2021 08:50
Pegawai merapikan emas batangan di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta, Kamis (22/4/2021). Harga emas batangan yang dijual Pegadaian mengalami penurunan nyaris di semua jenis dan ukuran /satuan.  (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Ilustrasi Emas Batangan (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia turun tipis di perdagangan pasar spot pada pagi ini. Rilis data inflasi di Amerika Serikat (AS) membuat harga emas terkoreksi.

Pada Rabu (14/7/2021) pukul 07:29 WIB, harga emas dunia berada di US$ 1.806,33/troy ons. Turun tipis 0,08% dari hari sebelumnya.

Sepertinya investor lebih memihak dolar AS hari ini, setelah rilis data inflasi di Negeri Paman Sam. Pada Juni 2021, inflasi AS tercatat 5,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Ini adalah laju tercepat sejak Agustus 2008.

Saat inflasi semakin tinggi seperti ini, maka bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) kemungkinan akan semakin mempercepat pengetatan kebijakan moneter atau tapering off. Ini adalah sentimen positif bagi dolar AS.

Ketika The Fed mengurangi 'dosis' pembelian surat berharga (quantitative easing) maka pasokan dolar AS akan berkurang. Seperti barang, saat pasokan berkurang maka harga akan naik.

Kemudian kalau suku bunga acuan sampai naik, maka imbalan berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS akan ikut terangkat. Ini akan meningkatkan permintaan terhadap dolar AS. Saat pasokan berkurang dan permintaan naik, otomatis harga bakal melambung tinggi.

Kabar baik buat dolar AS adalah kabar duka buat emas. Sebab, emas adalah aset yang dibanderol dengan dolar AS.

Saat dolar AS menguat, maka emas menjadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Akibatnya, permintaan emas turun sehingga harganya terkoreksi.

Halaman Selanjutnya --> Tekanan Inflasi Hanya Sementara

Akan tetapi, sepertinya reaksi pasar terhadap rilis data inflasi hanya bersifat sementara. Sebab, 2020 yang menjadi patokan adalah masa-masa prihatin akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Saat itu, AS bahkan sempat menerapkan karantina wilayah alias lockdown.

Sekarang kondisinya sudah jauh lebih baik. Sudah ada vaksin anti-virus corona dan pemerintah AS sudah lebih banyak membuka 'keran' aktivitas warga.

Oleh karena itu, akan akan periode transisi. Permintaan yang awalnya anjlok gara-gara rakyat AS #dirumahaja, kini bersemi kembali karena reopening. Harga barang dan jasa tentu akan menyesuaikan, ada kenaikan.

Kondisi seperti ini hanya sesaat, sekali pukul, one-off. Seteleh proses penyesuaian selesai, setelah dunia usaha bisa menaikkan kapasitas untuk memenuhi peningkatan permintaan, maka laju inflasi akan normal lagi.

"Angka inflasi Juni terlihat menakutkan. Namun sekali lagi, kami menilai bahwa kenaikan harga ini hanya sementara. Inflasi akan kembali kalem pada akhir tahun ini," tegas Robert Frick, Corporate Economist di Navy Federal Credit Union yang berbasis di Virginia, seperti dikutp dari Reuters.

Mengutip riset ICDX, level support emas dalam waktu dekat ada di US$ 1.761-1.737/troy ons. Sementara level resistance akan berada di kisaran US$ 1.898-1.908/troy ons.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular