Analisis

Rupiah Bisa Tembus Rp 14.400/US$ di Pekan Ini, Asalkan...

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 July 2021 08:33
valas
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah mampu menguat tipis 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan lalu ke Rp 14.525/US$.

Meski tipis, tetapi Mata Uang Garuda mampu menghentikan pelemahan 3 pekan beruntun. Kinerja positif rupiah bisa berlanjut di pekan ini, asalkan kasus penyakit virus corona (Covid-19) mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan infeksi harian, tidak hanya di Indonesia tetapi di dunia.

Khusus di Indonesia, di pekan ini akan bisa menunjukkan gambaran apakah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat mampu menurunkan angka penambahan kasus per hari. 

PPKM Mikro Darurat mulai diterapkan sejak 3 Juli lalu, dan berlangsung hingga 20 Juli. Perlu waktu sekitar seminggu setelah penerapan untuk mengetahui apakah efektif, mengingat ada masa inkubasi virus corona.

Dalam 2 hari terakhir, penambahan kasus Covid-19 di Indonesia mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan, meski masih tinggi. Kemarin, kasus baru dilaporkan sebanyak 36.197 orang, dan sehari sebelumnya 35.094 orang. Angka tersebut turun dari Kamis dan Jumat yang penambahannya lebih dari 38 ribu orang per hari.

Jika terus menunjukkan penurunan di pekan ini, maka akan menjadi sinyal yang bagus dan bisa menopang kinerja rupiah.

Rupiah juga diuntungkan oleh yield obligasi (Treasury) AS yang sedang dalam tren penurunan, apalagi setelah bank sentral AS (The Fed) mengindikasikan tidak akan buru-buru melakukan tapering atau pengurangan nilai pembelian aset (quantitative easing/QE). 

Pada Kamis pelan lalu, yield Treasury AS tenor 10 tahun sempat menyentuh level 1,25% yang merupakan level terendah sejak 16 Februari lalu, sebelum rebound di hari Jumat.

Turunnya yield Treasury bisa menunjukkan pelaku pasar kurang pede terhadap outlook perekonomian AS. Tetapi di sisi lain, akan memberikan keuntungan bagi obligasi Indonesia (Surat Berharga Negara/SBN), sebab selisih yield-nya menjadi melebar. Pelaku pasar yang lebih berani mengambil risiko dengan imbal hasil yang tinggi tentunya akan mengalirkan modalnya ke pasar obligasi Indonesia.

Aliran modal ke pasar obligasi akan menguntungkan bagi rupiah, dan menjadi tenaga melawan dolar AS. 

Secara teknikal, potensi penguatan rupiah sebenarnya masih terbuka melihat indikator stochastic pada grafik harian mulai masuk ke wilayah overbought.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Artinya rupiah memiliki tenaga yang cukup besar untuk menguat. Apalagi pada pekan lalu muncul pola-pola yang berpeluang membuat rupiah menguat bermunculan.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Pada Rabu (30/6/2021), rupiah membentuk pola Shooting Star, sehari setelahnya muncul pola gravestone doji. Keduanya tersebut merupakan pola ini merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset. Dalam hal ini dolar AS melemah dan rupiah yang menguat. 

Level psikologis Rp 14.500/US$ kini menjadi support terdekat. Jika berhasil ditembus berpeluang menguat ke Rp 14.470/US$. Di pekan ini, ada peluang rupiah ke Rp 14.400/US$.

Sementara selama tertahan di atas Rp 14.500/U$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.565/US$. Dan di pekan ini ada risiko ke Rp 14.620/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular