Mau Akhir Pekan, Saham Batu Bara Tetap Cuan!

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
09 July 2021 10:30
Pekerja melakukan bongkar muat batu bara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (23/2/2021). Pemerintah telah mengeluarkan peraturan turunan dari Undang-Undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Adapun salah satunya Peraturan Pemerintah yang diterbitkan yaitu Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu Bara di Terminal Tanjung Priok. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah saham emiten tambang batu bara menguat di zona hijau pada perdagangan pagi ini, Jumat (9/7/2021). Menggeliat saham batu bara selama sepekan terakhir tampaknya ikut didorong oleh sentimen penguatanĀ harga komoditas batu bara dalam beberapa waktu terakhir.

Berikut pergerakan sejumlah saham batu bara, pukul 09.52 WIB:

  1. Samindo Resources (MYOH), saham +2,19%, ke Rp 1.400, transaksi Rp 556 ribu

  2. Bumi Resources (BUMI), +1,69%, ke Rp 60, transaksi Rp 6 M

  3. Perdana Karya Perkasa (PKPK), +1,56%, ke Rp 65, transaksi Rp 187 juta

  4. Harum Energy (HRUM), +1,47%, ke Rp 5.175, transaksi Rp 1 M

  5. Delta Dunia Makmur (DOID), +1,28%, ke Rp 316, transaksi Rp 3 M

  6. Dian Swastatika Sentosa (DSSA), +0,87%, ke Rp 14.575, transaksi Rp 47 juta

  7. Indika Energy (INDY), +0,78%, ke Rp 1.295, transaksi Rp 2 M

  8. Bukit Asam (PTBA), +0,48%, ke Rp 2.080, transaksi Rp 5 M

  9. Alfa Energi Investama (FIRE), +0,43%, ke Rp 472, transaksi Rp 153 juta

  10. Adaro Energy (ADRO), +0,41%, ke Rp 1.225, transaksi Rp 13 M

  11. Mitrabara Adiperdana (MBAP), +0,35%, ke Rp 2.860, transaksi Rp 28 juta

  12. Bayan Resources (BYAN), 0,00%, ke Rp 13.3775, transaksi Rp 44 juta

  13. Golden Eagle Energy (SMMT), 0,00%, ke Rp 115, transaksi Rp 55 juta

  14. Indo Tambangraya Megah (ITMG), -0,17%, ke Rp 14.725, transaksi Rp 6 M

  15. United Tractors (UNTR), -2,37%, ke Rp 19.575, transaksi Rp 29 M

  16. Borneo Olah Sarana Sukses (BOSS), -6,82%, ke Rp 82, transaksi Rp 901 juta

  17. Atlas Resources (ARII), -6,94%, ke Rp 322, transaksi Rp 2 M

Menurut data di atas, dari 17 saham yang diamati, 11 saham menguat, 2 saham stagnan dan 5 saham tersungkur di zona merah.

Saham MYOH menjadi yang paling menguat, yakni 2,19% ke Rp 1.400/saham. Ini merupakan kenaikan pertama setelah selama 7 hari beruntun saham MYOH terkoreksi di zona merah.

Di posisi kedua, ada saham Grup Bakrie, yang naik 1,69% ke Rp 60/saham dengan nilai transaksi Rp 6 miliar. Saham ini berhasil kembali bergerak, setelah pada Kamis (8/7) kemarin ditutup stagnan.

Saham emiten pelat merah, PTBA, juga terapresiasi 0,48% ke Rp 2.080/saham, setelah kemarin turun 1,43%.

Sementara, saham BOSS dan ARII, yang selama ini mengalami lonjakan yang signifikan, tersungkur seiring para pelaku pasar mulai merealisasikan aksi ambil untung (profit taking) pada kedua saham tersebut.

Saham BOSS anjlok hingga menyentuh auto rejection bawah (ARB) 6,82%, sementara ARII juga menembus ARB 6,94%.

Saham BOSS tercatat 2 kali menjadi top gainers pada minggu ini setelah menyentuh batas auto rejection atas (ARA) 34,62% pada Selasa (6/7) dan melonjak 34,29% pada Rabu (7/7).

Saham ARII juga sudah 4 kali menghijau pekan ini, dengan sekali melejit sampai 24,46% pada Kamis (8/7) kemarin.

Harga batu bara memang seringkali mencatatkan reli setidaknya dalam sebulan terakhir hingga menyentuh rekor terbaru.

Pada Senin (5/7) pekan ini, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 137,75/ton. Melonjak 3,75% dibandingkan hari sebelumnya dan berada di titik tertinggi setidaknya sejak 2008.

Namun, seiring dengan melambungnya harga batu bara, para investor tampaknya mulai melakukan aksi profit taking.

Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) berada di US$ 130,25/ton. Ambles 1,14% dari hari sebelumnya.

Walau mengalami koreksi yang lumayan dalam, tetapi secara mingguan harga batu bara masih naik 5,17% secara point-to-point. Dalam sebulan terakhir, harga masih membukukan kenaikan 17,88%.

Saat ini, risiko terbesar bagi harga batu bara adalah pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Di sejumlah negara, lonjakan kasus positif corona direspons dengan mengetatkan aktivitas dan mobilitas masyarakat.

Ambil contoh India. Meski angka kasus positif harian sudah menurun, tetapi karantina wilayah (lockdown) di sejumlah wilayah belum dicabut. Kegiatan yang terbatas, terutama di dunia usaha, membuat permintaan listrik menurun.

Pada dua bulan pertama tahun fiskal 2021-2022 (April-Mei), perusahaan listrik India mengimpor 8 juta ton batu bara termal. Turun 3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

India adalah salah satu importir batu bara termal terbesar dunia. International Energy Agency mencatat, India berkontribusi 17% terhadap total impor batu bara termal dunia pada 2019. Hanya kalah dari China (21%).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 16 Saham Batu Bara Perkasa, Juaranya Tak Terduga

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular