Astaga, Bursa Asia Ambruk! Hang Seng Jatuh hampir 3%

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
08 July 2021 17:00
People walk past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, July 10, 2019. Asian shares were mostly higher Wednesday in cautious trading ahead of closely watched congressional testimony by the U.S. Federal Reserve chairman. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Asia (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia kembali ditutup berjatuhan pada perdagangan Kamis (8/7/2021), karena investor di Asia kembali khawatir dengan perkembangan pandemi virus corona (Covid-19), di mana kasus infeksi Covid-19 kembali melonjak di beberapa negara di Asia.

Tercatat indeks Nikkei Jepang ditutup merosot 0,88% ke level 28.118.03, Hang Seng ambruk hingga 2,89% ke posisi 27.153,13, Shanghai Composite China terkoreksi 0,79% ke 3.525,50, Straits Times Singapura ambles 1.08% ke 3.107,59, KOSPI Korea Selatan ambrol 0,99% ke 3.252,68, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun tipis 0,07% ke 6.039,89.

Pasar saham Hong Kong menjadi yang terparah pelemahannya pada hari ini karena saham teknologi di Hong Kong juga berjatuhan di tengah kekhawatiran investor akan pengetatan peraturan China terhadap perusahaan teknologi yang terus-menerus menggema.

Indeks teknologi Hang Seng terjatuh hingga 3,7% ke level terendahnya sejak 7 Oktober tahun lalu dan membukukan kerugian selama tujuh hari beruntun.

Di lain sisi, regulator pasar China kembali memperketat aturannya bagi perusahaan mereka yang tercatat di bursa Amerika Serikat (AS), di mana kebanyakan adalah perusahaan teknologi. Perusahaan layanan taksi online, Didi menjadi "korban pertama" aturan tersebut.

Sementara pasar saham Korea Selatan dan Jepang menyusuli pelemahan pasar saham Hong Kong di posisi kedua dan ketiga, karena investor khawatir dengan melonjaknya kembali kasus infeksi Covid-19 di kedua negara tersebut.

Di Jepang, pemerintah dikabarkan akan segera mengumumkan kondisi darurat di ibu kota Tokyo, Kamis (8/7/2021). Langkah ini diambil karena angka infeksi Covid-19 yang cukup tinggi, sementara kota itu harus menyelenggarakan Olimpiade pada akhir bulan ini.

Menteri Ekonomi Jepang, Yasutoshi Nishimura mengatakan keadaan darurat di Tokyo akan dimulai pada12 Juli hingga 22 Agustus. Ia juga mengatakan akan ada limitasi yang diterapkan di restoran.

"Jepang akan mengumumkan keadaan darurat bagi Tokyo yang akan menjadi tuan rumah Olimpiade untuk mencoba menahan gelombang baru infeksi virus corona," ujarnya sebagaimana diberitakan Reuters.

Nantinya pengumuman itu akan secara resmi diumumkan oleh Perdana Menteri (PM) Yoshihide Suga dalam sebuah konferensi pers.

Keputusan ini diambil setelah pada Rabu (7/7/2021) lalu Tokyo melaporkan rekor tertinggi penularan virus corona sejak Mei. Di mana ada 920 kasus infeksi harian.

Kekhawatiran juga saat ini memuncak setelah beberapa fasilitas kesehatan di kota terpadat dunia itu melaporkan banyaknya infeksi varian Delta yang lebih berbahaya. Varian Delta merupakan strain baru Covid-19 yang ditemukan di India dan sangat menular.

Keputusan darurat ini terjadi di tengah usulan terbaru bahwa Olimpiade yang akan diselenggarakan dari 23 Juli hingga 8 Agustus itu lebih baik digelar tanpa penonton.

Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), harga kontrak berjangka (futures) indeks saham AS berbalik melemah.

Pelaku pasar akan memantau rilis data klaim pengangguran dari Departemen Tenaga Kerja AS. Data tersebut akan memberikan gambaran arah pemulihan ekonomi AS, yang cenderung membaik di tengah kemajuan program vaksinasi.

Ekonom dalam polling Dow Jones memperkirakan ada 350.000 orang yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran untuk pertama kali selama sepekan lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular