Arab Saudi-UEA Masih Slek, Harga Minyak Turun Lagi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 July 2021 09:09
Opec
Foto: REUTERS/Leonhard Foeger

Faktor yang membebani laju harga minyak adalah dinamika di OPEC+. Awal pekan in, pertemuan OPEC+ dibatalkan karena tidak ada kesepakatan soal arah kebijakan produksi ke depan.

Awalnya OPEC+ ingin membuat kesepakatan formal bahwa produksi minyak akan dinaikkan untuk sementara pada Agustus-Desember 2021. Selepas itu pemangkasan produksi 9,7 juta barel/hari kembali berlaku, bahkan diperpanjang hingga akhir 2022.

Uni Emirat Arab tidak sepakat. Abu Dhabi setuju produksi dinaikkan, tetapi tidak mau pemotongan produksi diperpanjang. Akhirnya tidak ada kesepakatan, deadlock, dan rapat ditunda sampai waktu yang belum ditentukan.

Akan tetapi, ada harapan OPEC+ bakal menggelar rapat lagi dalam waktu dekat. Adalah Rusia yang mencoba menengahi perbedaan pendapat antara Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

"Mereka masih punya waktu untuk membuat kesepakatan. Semoga kami bisa bertemu lagi pekan depan dan kesepakatan akan tercapai," ungkap seorang sumber di Rusia kepada Reuters.

Sumber lain mengungkapkan bahwa Kuwait pun mencoba mendamaikan Riyadh-Abu Dhabi. Sementara Gedung Putih pun disebut-sebut terus memantau perkembangan di OPEC+ dan berbicara dengan pihak Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

"Kami mendorong adanya pertemuan OPEC+ agar tercapai kesepakatan. Kami mendukung upaya menuju harga energi yang terjangkau dan berkelanjutan," kata Jen Psaki, Juru Bicara Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters.

Hingga saat ini, upaya rekonsiliasi tersebut belum membuahkan hasil. Belum ada tanda-tanda yang jelas negara-nagara OPEC+ bakal bertemu lagi.

Oleh karena itu, investor memilih memasang sikap wait and see. Sikap ini diwujudkan dengan tidak memborong kontrak minyak sehingga harga tertahan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular