Analisis Teknikal

Ada Kabar Baik dan Buruk, Rupiah Pilih yang Mana?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 July 2021 08:13
Dollar-Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis 0,1% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.480/US$ pada perdagangan Rabu kemarin setelah sempat bolak balik antara penguatan dan pelemahan.

Pergerakan tersebut menunjukkan pelaku pasar mengantisipasi rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed).

Notula tersebut dirilis Kamis (8/7/2021) dini hari, yang tentunya akan berdampak pada pergerakan rupiah hari ini. Notula tersebut menunjukkan The Fed memang sudah membahas tapering atau pengurangan nilai pembelian aset (quantitative easing/QE), tetapi tidak akan terburu-buru melakukannya.

Artinya, tapering kemungkinan besar tidak dilakukan di tahun ini, yang menjadi kabar bagus bagi rupiah.

Kabar bagus lainnya, yield obligasi (Treasury) AS terus mengalami penurunan. Yield Treasury tenor 10 tahun berada di 1,322%, level terendah sejak pertengahan Februari, serta sudah mengalami penurunan dalam 7 hari beruntun.

Penurunan yield Treasury semakin tajam setelah The Fed mengindikasikan tidak akan terburu-buru melakukan tapering.

Turunnya yield Treasury bisa menunjukkan pelaku pasar kurang pede terhadap outlook perekonomian AS. Tetapi di sisi lain, akan memberikan keuntungan bagi obligasi Indonesia (Surat Berharga Negara/SBN), sebab selisih yield-nya menjadi melebar. Pelaku pasar yang lebih berani mengambil risiko dengan imbal hasil yang tinggi tentunya akan mengalirkan modalnya ke pasar obligasi Indonesia.

Aliran modal ke pasar obligasi akan menguntungkan bagi rupiah, tetapi kabar buruknya dolar AS masih cukup kuat. Indeks dolar AS kembali menguat 0,17% ke 92,705 pada perdagangan Rabu, dan berada di level tertinggi sejak 5 April.

Pergerakan yield Treasury dengan dolar AS biasanya beriringan, tetapi belakangan ini malah berlawan arah.

Secara teknikal, potensi penguatan rupiah masih terbuka lebar melihat indikator stochastic pada grafik harian mulai masuk ke wilayah overbought.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Artinya rupiah memiliki tenaga yang cukup besar untuk menguat. Apalagi pada pekan lalu muncul pola-pola yang berpeluang membuat rupiah menguat bermunculan.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian 
Foto: Refinitiv

Pada Rabu (30/6/2021), rupiah membentuk pola Shooting Star, sehari setelahnya muncul pola gravestone doji. Keduanya tersebut merupakan pola ini merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset. Dalam hal ini dolar AS melemah dan rupiah yang menguat.

Efeknya baru terlihat di awal pekan ini, dan bisa berlanjut lagi selama bertahan di bawah level psikologis RP 14.500/US$. Target penguatan rupiah ke kisaran Rp 14.450/US$ hingga Rp 14.420/US$.

Sementara jika kembali ke atas Rp 14.500/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.550/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular