Bursa Asia Berjatuhan, Hanya Shanghai yang Selamat

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
07 July 2021 16:59
pasar saham asia
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia ditutup di zona merah pada perdagangan Rabu (7/7/2021), di tengah kekhawatiran investor akan risiko berbaliknya arah bursa di tengah ketakpastian terkait pandemi virus corona, kekhawatiran lonjakan inflasi, dan isu tapering.

Hanya indeks Shanghai Composite China yang ditutup menguat pada hari ini, yakni menguat 0,66% ke level 3.553,72.

Sementara sisanya ditutup melemah pada hari ini. Indeks Nikkei Jepang ditutup merosot 0,96% ke level 28.366,95 karena investor di Negeri Sakura tersebut khawatir atas kenaikan kasus infeksi virus corona (Covid-19) jelang perhelatan Olimpiade Tokyo.

Berikutnya Hang Seng Hong Kong berakhir melemah 0,4% ke posisi 27.960,62, Straits Times Singapura ambles 1,54% ke 3.141,60, KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,6% ke 3.285,34, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun tipis 0,05% ke 6.044,04.

Pasar saham China ditutup di zona hijau karena dibantu oleh kenaikan indeks start-up Shenzhen, ChiNext, dan STAR Market Shanghai, di mana ketiga indeks tersebut berfokus pada saham-saham perusahaan teknologi, setelah Beijing meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan China yang terdaftar di luar negeri, terutama di Amerika Serikat (AS).

Indeks Shenzhen yang lebih kecil berakhir melesat 1,68%, kemudian indeks ChiNext Composite lebih tinggi sebesar 3,57% dan indeks STAR50 meroket 2,43%.

China akan meningkatkan penegakan hukum pada kegiatan ilegal di perusahaan sekuritas seperti penipuan keuangan, insider trading dan manipulasi pasar.

Namun sebagian besar investor di Asia khawatir dengan risiko berbaliknya arah bursa di tengah ketakpastian terkait pandemi Covid-19, kekhawatiran lonjakan inflasi, dan pengurangan pembelian surat berharga oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) atau kebijakan tapering.

Di AS saham teknologi cenderung menguat, dipimpin Amazon, Apple dan Alphabet (induk usaha Google). Sebaliknya, saham Caterpillar, Chevron dan JPMorgan Chase berbalik melemah.

Saham energi juga anjlok setelah harga kontrak berjangka (futures) minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) terbanting sesaat setelah menyentuh level tertingginya dalam lebih dari 6 tahun.

Harga minyak hari ini cenderung menguat tipis dengan harga kontrak futures minyak jenis Brent yang menjadi acuan harga di dunia menguat menjadi US$ 74,55 per barel, dan WTI bertambah 0,12% menjadi US$ 73,46/barel.

Volatilitas di pasar minyak terjadi setelah rapat Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) yang juga dihadiri sekutunya yakni Rusia dkk (OPEC+) gagal mencapai kesepakatan mengenai penghentian pemangkasan produksi mulai Agustus ke depan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular