Lemesin Aja, Emas! Dolar AS Terlalu Perkasa...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 July 2021 06:20
Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Ya, dolar AS memang sedang di atas angin. Pada pukul 05:10 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,36%.

Dalam sebulan terakhir, Dollar Index melesat 2,68%. Secara ytd, penguatannya mencapai hampir 3%.

Pelaku pasar tengah menantikan notula rapat atau minutes of meeting bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) edisi Juni 2021. Dalam rapat tersebut, Ketua Jerome 'Jay' Powell dan sejawat memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 0-0,25% dan pembelian aset (quantitative easing) sebesar US$ 120 miliar per bulan.

Namun dalam rapat tersebut, terlihat bahwa nada (tone) Powell dan rekan sudah mulai menunjukkan sikap ketat atau hawkish. Powell sudah berani bicara soal kenaikan suku bunga acuan, meski ada syaratnya yaitu inflasi yang stabil di atas target 2% dan penciptaan lapangan kerja yang maksimal (maximum unemployment).

"Ketika itu terjadi, di mana sudah tercipta kondisi siap lepas landas, maka akan menjadi sinyal bahwa pemulihan sudah kuat dan tidak lagi membutuhkan suku bunga mendekati 0%," ungkap Powell dalam konferensi pers usai rapat bulan lalu.

Nah, sekarang pasar ingin mencari tahu lebih dalam mengenai 'suasana kebatinan' dalam rapat tersebut. Apakah semakin banyak suara yang menginginkan pengetatan (tapering off)? Sejauh mana kemungkinan The Fed bakal segera mengurangi dosis quantitative easing dan kemudian menaikkan Federal Funds Rate?

Sepertinya pasar semakin berani bertaruh bahwa tone dalam notula rapat kali ini lebih hawkish. Oleh karena itu, dolar AS mendapat angin segar.

Saat quantitative easing berkurang (apalagi ketika disetop total), maka pasokan dolar AS bakal berkurang. Seperti barang, pasokan yang tidak lagi melimpah sementara permintaan terus bertambah akan menaikkan harga. Dalam hal ini, bilai tukar dolar AS bakal semakin kuat karena menjadi buruan.

Kemudian kalau suku bunga acuan naik, maka imbalan investasi di aset-aset berbasis dolar AS (terutama instrumen berpendapata tetap seperti obligasi) akan ikut terungkit. Ini membuat arus modal semakin berkerumun di dekat mata uang Negeri Adikuasa sehingga nilai tukarnya semakin kuat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular