Produsen Batu Bara Mulai Nikmati Kenaikan Harga

Rahajeng KH, CNBC Indonesia
06 July 2021 20:37
Pekerja melakukan bongkar muat batu bara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (23/2/2021). Pemerintah telah mengeluarkan peraturan turunan dari Undang-Undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Adapun salah satunya Peraturan Pemerintah yang diterbitkan yaitu Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu Bara di Terminal Tanjung Priok. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren peningkatan harga batu bara dalam beberapa bulan terakhir tengah dinikmati oleh produsen, termasuk PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Pada kuartal I-2021, realisasi harga batu bara perusahaan naik menjadi US$ 53,1 per ton dari sebelumnya US$ 49 per ton rata-rata tiga bulan terakhir.

"Realisasi harga batu bara perusahaan diperkirakan akan terus naik di kuartal II-2021 jika dilihat dibandingkan index harga di kuartal I," tulis perusahaan dalam laporannya, Selasa (6/7/2021).

Sepanjang tahun ini perusahaan memproyeksikan harga batu bara di kisaran US$ 53-56 per ton. Untuk anak usaha BUMI, yakni Kaltim Prima Coal, harga batu bara diperkirakan di level US$ 60-64 per ton, sementara Arutmin US$ 39-42 per ton. Perusahaan memproyeksikan produksi batu bara akan pulih di kuartal III dan IV-2021. Sepanjang kuartal I-2021 penjualan produksi batu bara perusahaan turun menjadi 19,3 juta ton akibat tingginya curah hujan di area penambangan

Kenaikan harga ini akan semakin memberikan keuntungan pada perusahaan terutama karena penurunan biaya produksi menjadi US$ 33,9 per ton, dibandingkan sebelumnya US$ 34,33 per ton.

Belakangan pun harga batu bara Harga komoditas ini melambung hingga menyentuh rekor terbaru.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 137,75/ton. Melonjak 3,75% dibandingkan hari sebelumnya dan berada di titik tertinggi setidaknya sejak 2008.

Permintaan batu bara juga melonjak di Eropa. European Energy Exchange mencatat pembangkitan listrik oleh pembangkit batu bara di Jerman naik 5% pada minggu lalu dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 4.318 MWh. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, bahkan terjadi lonjakan 99%!

Pada Mei 2021, Refinitiv melaporkan impor batu bara Jerman adalah 1,02 juta ton. Melesat 47,86% dibandingkan bulan sebelumnya dan 92,31% dari periode yang sama pada 2020. Peningkatan permintaan listrik tidak lepas dari geliat sektor manufaktur negara tersebut.


Sebelumnya Direktur dan Sekretaris Perusahaan Dileep Srivastava mengatakan tahun ini menjadi optimisme sektor batu bara dengan tren kenaikan harga yang diperkirakan bertahan. Kenaikan harga juga disebabkan karena produksi di Australia, Indonesia, dan China terpengaruh oleh pandemi.

"Permintaan, bagaimanapun diperkirakan akan naik da harga batu bara kuat dan kemungkinan akan tetap demikian sepanjang tahun," kata Dileep belum lama ini.

Bumi Resources mencatatkan laba neto US$ 25,1 juta pada kuartal I-2021, naik 246% dibandingkan periode yang sama di 2020 dengan rugi US$ 17,2 juta. Sementara pendapatan perusahaan selama kuartal I-2021 tercatat US$ 1,04 miliar turun 3% dibandingkan kuartal I-2020.

"Meski produksi turun BUMI berhasil mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 15% di kuartal I-2021 dibandingkan kuartal IV-2020, hal ini menunjukkan pulihnya harga batu bara, dan tren ini masih berlanjut," kata Dileep.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Batu Bara Sempat Nyaris US$ 500/Ton, Begini Ekspektasi BUMI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular