Mayoritas Bursa Asia Menguat, Hang Seng-Shanghai Melemah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
06 July 2021 08:44
A panel displays the closing morning trading Hang Seng Index outside a bank in Hong Kong, China February 6, 2018. REUTERS/Bobby Yip
Foto: Bursa Hong Kong (REUTERS/Bobby Yip)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia dibuka menghijau pada perdagangan Selasa (6/7/2021), di tengah naiknya harga minyak mentah acuan dunia setelah pertemuan terbaru antar negara-negara pengekspor minyak kembali ditunda tanpa batas waktu yang ditentukan.

Tercatat indeks Nikkei dibuka menguat 0,28%, Straits Times Singapura bertambah 0,47%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,24%.

Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite China dibuka melemah pada pagi hari ini. Indeks Hang Seng melemah 0,38%, dan Shanghai turun tipis 0,08%.

Dari pasar komoditas, harga minyak mentah berjangka (futures) West Texas Intermediate (WTI) melonjak pada pagi hari ini waktu Asia, yakni melonjak 1,57% menjadi US$ 76,34 per barel. Sementara harga minyak mentah futures Brent sedikit lebih tinggi di level US$ 77,19 per barel.

Saham emiten minyak di Asia turut melesat pada perdagangan Selasa pagi, dengan saham Inpex di Jepang melonjak 1,19%.

Harga minyak melonjak ke tertinggi multi-years pada perdagangan Senin (5/7/2021) kemarin, setelah pembicaraan di organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) atau OPEC+, ditunda tanpa batas waktu yang ditentukan.

Penundaan pertemuan ini diakibatkan oleh gagalnya kelompok tersebut untuk mencapai kesepakatan untuk menambah produksi sebesar 2 juta barel per hari mulai bulan Agustus hingga Desember nanti.

Kegagalan tersebut terjadi akibat Uni Emirat Arab (UEA) berseteru dengan Arab Saudi terkait dengan kuota minyak mentah untuk tahun 2022.

Perundingan yang dilakukan sejak pekan lalu gagal mencapai kata sepakat, begitu juga kemarin yang malah "bubar". Beberapa negara yang tergabung dalam OPEC+ dikabarkan meninggalkan pertemuan tersebut.

UEA sebenarnya menyepakati proposal penambahan produksi sebesar 2 juta barel per hari dimulai bulan Agustus hingga Desember. Tetapi yang ditolak adalah perpanjangan pembatasan kuota produksi yang seharusnya berakhir di April 2022, menjadi Desember 2022.

Di lain sisi, pelaku pasar Asia masih memantau perkembangan pandemi virus corona (Covid-19) di Asia, di mana sebagian besar negara di Asia kembali dihadapkan dengan kondisi darurat, menyusul kenaikan kasus Covid-19 akibat penyebaran virus varian baru, yakni Delta.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular