Pecinta Dolar AS Tunggu Jackson Hole, Rupiah Juara Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 July 2021 16:48
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menghentikan pelemahan 5 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (5/7/2021). Tidak hanya itu, rupiah juga menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia hari ini.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,38% di Rp 14.475/US$, setelahnya bertambah kuat menjadi 0,45%. Penguatan rupiah sempat terpangkas hingga tersisa 0,28% ke Rp 14.490/US$.

Di akhir perdagangan, penguatan rupiah bertambah lagi menjadi 0,37% di Rp 14.476/US$. Nyaris semua mata uang utama Asia menguat melawan dolar AS hari ini, tetapi hingga pukul 15:10 WIB tidak ada yang sebesar rupiah. Sehingga Mata Uang Garuda menjadi juara Asia.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Menguatnya mata uang Asia menunjukkan dolar AS sedang tertekan pasca rilis data tenaga kerja Jumat lalu yang merupakan salah satu indikator bank sentral AS (The Fed) dalam menetapkan kebijakan moneter baik itu tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) dan kenaikan suku bunga.

Indeks dolar AS di hari itu anjlok 0,4% padahal sebelumnya sudah membukukan penguatan 7 hari beruntun.

Pada Jumat lalu, Badan Statistik Tenaga kerja AS melaporkan sepanjang bulan Juni terjadi penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll/NFP) sebanyak 850.000 orang, lebih banyak dari prediksi Reuters sebanyak 700.000 orang. Meski jumlah perekrutan lebih banyak dari perkiraan, tetapi tingkat pengangguran justru naik menjadi 5,9% dari sebelumnya 5,8%.

Selain itu, pertumbuhan rata-rata upah per jam hanya 0,3%, lebih rendah dari konsensus 0,4%. Tetapi tidak lama malah balik merosot.

"Awalnya kita bereaksi positif terhadap data NFP yang lebih kuat dari perkiraan. Tetapi dolar AS kemudian berbalik melemah melihat detail laporan tersebut, khususnya tingkat pengangguran yang naik," kata Vassilu Serebriakov, ahli strategi mata uang di UBS New York, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (2/7/2021).

Kenaikan upah yang lebih rendah dari perkiraan juga memberikan tekanan. Sebab upah terkait dengan daya beli masyarakat, yang kemudian berdampak pada inflasi.

Ketika inflasi mulai melandai, maka tekanan bagi The Fed untuk melakukan tapering di tahun ini akan mereda.   


HALAMAN SELANJUTNYA >>> Perhatian Tertuju ke Pertemuan Jackson Hole

Para investor dolar AS kini harus menunggu hingga pertemuan tahunan Jackson Hole di bulan Agustus mendatang untuk melihat kembali peluang tapering dilakukan di tahun ini.

Beberapa analis yang mengatakan data tenaga kerja AS cukup bagus, tetapi masih belum cukup bagi The Fed untuk merubah panduan kebijakan moneternya.

"Saya pikir laporan tersebut sangat bagus, karena perekrutan tenaga kerja semakin cepat yang menjadi tanda positif pemulihan ekonomi di semester II. Tetapi data tersebut tidak akan membuat The Fed mengubah panduannya untuk memulai tapering saat ini, kata Angelo Kourkafas, ahli strategi investasi di Edward Jones, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (2/7/2021).

Hal senada juga diungkapkan Bart Melek, kepala ahli strategi komoditas di TD Securities. Melek mengatakan virus corona varian delta masih menjadi ancaman yang bisa mengganggu pemulihan ekonomi Paman Sam. Ditambah lagi, vaksinasi di beberapa wilayah yang berjalan dengan lambat, membuat The Fed akan berhati-hati dalam melakukan tapering atau pun menaikkan suku bunga.

Analis Westpac, Imre Spesizer juga menyatakan hal yang sama, dan menambahkan sinyal kapan tapering dilakukan bisa terlihat lebih jelas pada bulan depan.

"Rilis data tenaga kerja kemungkinan membuat The Fed tidak akan melakukan tapering dalam waktu dekat. Saya pikir pasar melihat kemungkinan mendapat sinyal tapering di pertemuan Jackson Hole bulan Agustus," katanya sebagaimana dilansir CNBC International Senin (5/7/2021).

Jackson Hole merupakan acara tahunan yang mempertemukan bank sentral di seluruh dunia, begitu juga menteri keuangan, akademisi hingga praktisi dunia finansial. Sehingga pertemuan tersebut selalu dinanti-naNti oleh pelaku pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular