
Makin Siang Makin Lemah, Rupiah Bakal ke Rp 14.500/US$?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah tertahan di zona merah hingga pertengahan perdagangan Selasa (29/6/2021), bahkan semakin mendekati Rp 14.500/US$. Meski demikian, di sisa perdagangan hari ini rupiah berpeluang menipiskan pelemahan, bahkan tidak menutup kemungkinan berbalik menguat.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.440/US$. Setelahnya rupiah melemah hingga 0,28% ke Rp 14.480/US$. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 28 April lalu.
Pada pukul 12.00 WIB, rupiah memangkas pelemahan menjadi 0,21% ke Rp 14.470/US$.
Peluang penguatan rupiah terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang siang ini lebih kuat ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
Periode | Kurs Pukul 8:54 WIB | Kurs Pukul 11:54 WIB |
1 Pekan | Rp14.493,50 | Rp14.472,5 |
1 Bulan | Rp14.510,00 | Rp14.523,9 |
2 Bulan | Rp14.557,00 | Rp14.568,6 |
3 Bulan | Rp14.604,00 | Rp14.622,2 |
6 Bulan | Rp14.747,00 | Rp14.774,4 |
9 Bulan | Rp14.887,00 | Rp14.926,7 |
1 Tahun | Rp15.106,00 | Rp15.089,2 |
2 Tahun | Rp15.672,00 | Rp15.778,6 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Tekanan bagi rupiah datang dari dalam dan luar negeri yang membuatnya terus melemah.
Lonjakan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) di Indonesia membuat rupiah tertekan. 3 hari terakhir penambahannya lebih dari 20.000 orang per hari.
Kemarin jumlah kasus positif dilaporkan sebanyak 20.694 orang, turun dari hari sebelumnya 21.342 orang yang merupakan rekor tertinggi sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia.Yang lebih mengkhawatirkan lagi yakni kasus aktif di Indonesia yang kini mencapai 218.487 orang, yang merupakan rekor tertinggi.
Akibat lonjakan tersebut PPKM akan kembali diketatkan, Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Ganip Warsito kemarin mengungkapkan mal akan diperbolehkan beroperasi hingga pukul 17:00 WIB. Sementara restoran hanya boleh take away dan dibatasi hingga pukul 20.00 WIB.
Sementara itu, dari luar negeri dolar AS cukup perkasa jelang rilis data tenaga kerja Jumat nanti. Data tersebut merupakan acuan bank sentral AS dalam menetapkan kebijakan moneter, dalam hal ini tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) serta kenaikan suku bunga.
Data lainnya yakni inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE) sudah dirilis Jumat pekan lalu. Indeks dolar AS pada Jumat pekan lalu sempat merosot hingga 0,31%, tetapi pasca rilis data tersebut pada Jumat malam indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini berhasil berbalik menguat tipis 0,04%. Penguatan tersebut masih berlanjut Senin kemarin, meski tipis 0,04% juga.
Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (25/6/2021) melaporkan inflasi inti PCE di bulan Mei tumbuh 3,4% year-on-year (YoY). Pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun 1992.
Perekonomian yang mulai membaik, bahkan lebih cepat dari prediksi The Fed, serta low base effect, membuat inflasi meroket. The Fed sendiri sudah merubah proyeksi kenaikan suku bunganya, dari yang sebelum akan menaikkan di 2024, menjadi ke 2023, bahkan tidak menutup kemungkinan di tahun depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia
