Inflasi AS Bukan Ancaman, Harga Emas Kok Masih Melorot?

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
29 June 2021 11:32
Suasana pasar pusat perhiasan Cikini, Jakarta Pusat
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia melemah pada Selasa (29/6/2021) di tengah keyakinan pelaku pasar bahwa ekonomi baik-baik saja dan inflasi tinggi di Amerika Serikat (AS) tidak akan memukul prospek pemulihan pandemi.

Harga kontrak berjangka emas tercatat berada di level US$ 1.775 per troy ons, atau melemah 0,17% kembali ke Selasa pekan lalu. Hal ini membawa harga logam mulia tersebut anjlok 6,4% sepanjang tahun berjalan (year to date/YTD).

Prospek pemulihan ekonomi di AS menjadi pemicu koreksi aset yang dikenal fungsinya sebagai pelindung nilai (hedging) dari gerusan inflasi ini. Ketika inflasi diprediksi hanya sesaat, maka tidak ada kebutuhan bagi para investor untuk memburu emas.

Wall Street pun mencetak kinerja yang cenderung positif setelah investor kian yakin bahwa inflasi sekarang tak membahayakan ekonomi karena bersifat sesaat. Reli Indeks S&P 500 terjadi dalam 2 hari terakhir bahkan setelah inflasi Mei dilaporkan mencapai 3,4%, menjadi laju yang tercepat sejak awal 1990-an.

Di sisi lain, prospek pemulihan ekonomi secara fundamental juga membuat dolar AS menguat. Selama lima tahun terakhir, mata uang yang dikenal sebagai greenback tersebut cenderung melemah dibandingkan dengan mata uang mitra utamanya karena kebijakan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing/QE).

Kebijakan yang dilancarkan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) itu dilakukan dengan memborong surat berharga di pasar, sehingga dolar AS membanjiri pasar global. Ketika pasokan mata uang di pasar naik, harganya pun melemah terutama jika ekonomi AS masih tertekan.

Kini, AS terus menggenjot perekonomian dari sisi fiskal dengan stimulus infrastruktur yang disokong politisi kedua partai (bipartisan). Presiden AS Joe Biden pada Sabtu menegaskan bahwa dia tidak akan memveto legislasi stimulus yang disokong senator dari partai Demokrat dan Republik tersebut.

Stimulus terbaru ini akan menyediakan dana masif untuk pembangunan jalan, jembatan, saluran irigasi dan jaringan internet peta lebar (broadband), yang pada gilirannya membuka lapangan kerja dan membantu menggulirkan perekonomian.

"Program ini di jangka pendek dan panjang membantu pembukaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan laba bersih korporasi dan meningkatkan kemampuan AS bersaing dengan negara lain di abad 21 yang hiperkompetitif," tulis John Stoltzfus, Kepala Perencana Investasi Oppenheimer Asset Management, di laporan riset yang dikutip CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Hantu' Inflasi Lepas dari Kekangan, Aset Ini Masih Moncer?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular