Yield Obligasi RI Melonjak, Investor Khawatir Dampak Covid-19

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
28 June 2021 18:40
Obligasi (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Obligasi (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kompak ditutup melemah pada perdagangan Senin (28/6/2021), di tengah perkembangan pandemi virus corona (Covid-19) di Indonesia yang kian mengkhawatirkan dalam beberapa hari terakhir.

Mayoritas investor melepas kepemilikannya di SBN pada hari ini, ditandai dengan kenaikan yield-nya di seluruh tenor SBN acuan.

Kenaikan yield terbesar terjadi di SBN bertenor 10 tahun yang merupakan obligasi acuan negara, yakni naik sebesar 6,4 basis poin (bp) ke level 6,591%.

Sementara untuk kenaikan yield terkecil terjadi di SBN berjatuh tempo 1 tahun, 20 tahun, dan 25 tahun yang sama-sama naik sebesar 0,7 bp pada hari ini.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Investor di SBN mengabaikan perkembangan pandemi virus corona (Covid-19) di Indonesia yang kian mengkhawatirkan dalam beberapa hari terakhir.

Kasus baru Covid-19 melonjak ke rekor tertingginya, yakni 21.342 pada Sabtu (26/6/2021), dan relatif masih tinggi di angka 21.095 kemarin. Dus, Kementerian Kesehatan mencatat pasien positif corona berjumlah 2.093.962 orang di Indonesia.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 13.748 orang per hari. Melonjak lebih dari dua kali lipat dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 6.540 orang setiap harinya. Jumlah kasus aktif tercatat mendekati 200.000 tepatnya 194.776 orang. Ini adalah rekor tertinggi sejak pandemi.

Angka kasus aktif menunjukkan jumlah pasien yang masih dalam perawatan, baik di fasilitas kesehatan maupun karantina mandiri. Data ini menggambarkan seberapa berat beban yang ditanggung sistem pelayanan kesehatan.

Investor sepertinya masih optimis bahwa perekonomian Indonesia masih cukup positif, walaupun saat ini perkembangan pandemi Covid-19 masih mengkhawatirkan.

Di lain sisi, investor melihat arah pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS), terlihat dari beberapa data ekonomi yang tercatat tumbuh positif pada pekan lalu.

Sementara itu dari pasar obligasi pemerintah AS, yield Treasury terpantau mengalami penurunan pada pagi hari waktu AS.

Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun turun sebesar sebesar 2,4 bp ke 1,512% pada pukul 06:50 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan Jumat (25/6/2021) akhir pekan lalu di level 1,536%.

Pada akhir pekan lalu, Departemen Perdagangan AS melaporkan indeks pengeluaran konsumsi pribadi (personal consumption expenditure/PCE) inti pada periode Mei tercatat di angka 3,4%, atau sesuai dengan ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones. Itu merupakan laju tercepat sejak tahun 1990.

Secara bulanan, indeks yang memberi gambaran prospek inflasi karena menangkap perubahan harga barang dan jasa di kalangan konsumen ini bertambah 0,5% atau sedikit di bawah ekspektasi ekonomi di level 0,6%.

Indeks PCE mencerminkan perubahan harga barang dan jasa. Indeks ini juga dapat digunakan sebagai acuan untuk mengukur tingkat inflasi yang lebih luas karena dapat memantau perubahan perilaku konsumen dan memiliki cakupan yang lebih luas daripada indeks harga konsumen (IHK).

Perhatian investor pada pekan ini akan difokuskan pada laporan pekerjaan AS pada periode Juni, yang akan dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (2/7/2021) mendatang.

Para ekonom memperkirakan bahwa non-farm payrolls meningkat 683.000 di bulan Juni. Sementara angka yang kuat seperti itu akan melampaui 559.000 pada bulan Mei atau masih akan di bawah 1 juta yang diharapkan oleh beberapa ekonom dalam konsensus Reuters dalam pemulihan ekonomi AS pasca krisis akibat pandemi Covid-19.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular