
BPOM Uji Klinis Ivermectin, Harga Saham INAF Melesat

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten farmasi pelat merah PT Indofarma Tbk (INAF) melanjutkan kenaikan pada sesi II perdagangan hari ini, Senin (28/6/2021). Sentimen positif pendorong kenaikan saham ini ialah terkait Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang baru saja mengumumkan akan segera melakukan uji klinis terhadap Ivermectin yang diproduksi Indofarma sebagai obat Covid-19.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 13.46 WIB, saham INAF melonjak 6,95% ke posisi Rp 2.770/saham siang ini. Nilai transaksi saham INAF tercatat sebesar Rp 11,03 miliar dengan frekuensi perdagangan mencapai 3,96 juta saham.
Kenaikan saham INAF hari ini melanjutkan penguatan pada perdagangan Jumat (25/6) pekan lalu ketika saham ini ditutup melesat 7,02%. Dalam sepekan saham INAF sudah terkerek 7,75%, sementara dalam sebulan melonjak 27,65%. Sementara, pada Senin (21/6) pekan lalu, saham ini sempat menyentuh batas auto rejection atas (ARA) 24,64%.
Asal tahu saja, price earning ratio (PER) INAF mencapai 1.179,63 kali sampai siang ini dan rasio price book value (PBV) di posisi 19,87 kali.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito mengungkapkan Ivermectin segera dilakukan uji klinis sebagai obat covid-19. BOPM menerima Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK).
BPOM sebelumnya telah mengeluarkan izin edar Ivermectin namun sebagai obat cacing.
"Uji klinis sebagai obat Covid-19 segera dilakukan. Terima kasih untuk Bapak Menteri BUMN Erick Thohir yang punya concern akses penanganan obat covid-19," kata Penny dalam konferensi persnya bersama Menteri BUMN Erick Thohir, Senin (28/6/2021).
Penny menegaskan Ivermectin ini merupakan obat keras yang harus ada resep dokternya. Dan saat ini digunakan untuk infeksi cacingan.
"BPOM memfasilitasi uji klinis dengan Balitbangkes. Akses obat nantinya segera disebar luas jika persetujuan klinis dan metode acak kontrol sudah semua dipenuhi," tegas Penny.
Penny menjelaskan, Badan POM sudah mengeluarkan izin penggunaan atau izin edar untuk Ivermectin sebagai indikasi infeksi kecacingan yang diberikan dalam dosis-dosis tertentu.
Penny menambahkan, data-data epidemiologi dan juga publikasi global telah menunjukkan bahwa Ivermectin ini juga digunakan untuk penanggulangan Covid-19.
Selain itu, menurut Penny, juga ada petunjuk dari WHO dikaitkan dengan pengobatan Covid-19. rekomendasi WHO adalah Ivermectin dapat digunakan dalam kerangka uji klinik. Pendapat yang sama juga diberikan oleh beberapa otoritas obat dalam kategori sistem regulatory yang baik seperti US FDA dan EMA.
"Namun memang data uji klinik masih harus terus kita kumpulkan di mana pada saat ini belum konklusif untuk menunjang bahwa ini penggunaannya untuk Covid-19," ujar Penny.
Sebelumnya, Indofarma memastikan sedang memproduksi obat ivermectin yang digunakan sebagai terapi Covid-19. Jumlahnya mencapai 4 juta tablet dan sudah dimulai sejak awal minggu ini.
"4 juta sudah mulai produksinya hari Senin kemarin. Kapasitas kami cukup besar, mengambil angka moderat 4 juta tablet perbulan," kata Direktur Utama Indofarma, Arief Pramuhanto, dalam Squawkbox, CNBC Indonesia, Rabu (23/6).
Arief menambahkan jika angka produksi akan disesuaikan dengan permintaan yang ada. Dia mengatakan untuk demand berapapun akan dicoba diproduksi karena diklaim kapasitas produksinya cukup besar.
"Satu botol ada 2 tablet, (demand) yang masuk itu hampir 10 ribu tablet," jelasnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ivermectin & 7 Fakta 'Si Obat Cacing' untuk Terapi Covid-19