5 Saham Ini Melambung Tinggi Saat RI Dilanda Tsunami Covid-19

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
28 June 2021 08:06
Sejumlah petugas pemakaman lengkap dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) memakamkan jenazah Covid-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Rorotan, Kota, Jakarta Utara, Jumat (25/6/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang bulan ini, penambahan kasus baru Covid-19 di Indonesia semakin pesat hingga beberapa kali mencetak rekor kasus harian baru tertinggi sejak awal pandemi. Namun, di tengah kasus baru Covid-19 yang terus menembus rekor, terdapat 5 saham yang malah berhasil melonjak dalam sepekan lalu.

Saham-saham tersebut berasal dari sejumlah sektor, mulai dari gas industri, rumah sakit hingga perbankan.

Setelah sempat 'melandai' hingga menyentuh 2.385 kasus baru pada 15 Mei lalu, kasus baru Covid-19 kembali mencatatkan rekor 15.308 orang pada 23 Juni atau Rabu pekan lalu.

Kemudian, penambahan kasus baru Covid-19 terus melonjak tinggi sepanjang minggu lalu, yakni sebanyak 20.574 kasus baru pada 24 Juni, 21.095 kasus baru pada 25 Juni, 21.095 kasus baru pada 26 Juni, hingga yang terbaru mencapai 21.342 kasus baru pada Minggu (27/6) kemarin.

Dengan demikian, selama sepekan terakhir (20-26 Juni), penambahan kasus baru Covid-19 mencapai 117.790 orang. Secara total hingga Minggu (27/6), kasus Covid-19 di Tanah Air menjadi 2.115.304.

Kemudian, ada tambahan 8.024 kasus sembuh sehingga total menembus 1.850.481. Sementara itu kasus meninggal bertambah 409 sehingga total menjadi 57.138.



Satgas Covid-19 mencatat kasus aktif yang ada saat ini sebanyak 207.685 atau bertambah 12.909 dibandingkan sehari sebelumnya.

Penambahan kasus pun diiringi kenaikan angka kematian akibat Covid-19. Pada Minggu (27/6), jumlah kasus meninggal bertambah 409 kasus. Meski belum menyentuh rekor tertinggi seperti 28 Januari 2021 dengan tambahan kasus kematian 476 orang, tambahan ini tetap sangat tinggi. Saat ini total kasus kematian akibat Covid-19 di RI mencapai 57.138 kasus.

Sejak kasus Covid-19 menanjak menjadi belasan ribu per hari, angka kematian pun menanjak. Dalam enam hari terakhir bahkan kasus kematian tidak pernah di bawah 300 kasus per hari.

Dalam sepekan terakhir, angka kematian nasional akibat virus ini mencapai hampir 2.500 kasus atau tepatnya 2.491 kasus.

Seiring dengan peningkatan kasus Covid-19, sebanyak lima provinsi di RI mencatatkan tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy ratio/BOR) di rumah sakit (RS) untuk pasien Covid-19 di atas 80%. Agar pasien mendapatkan perawatan maksimal dan beban RS tidak terlalu berat, idealnya tingkat keterisian tempat tidur di bawah 70%.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat hingga Sabtu (26/6), DKI Jakarta mencatatkan BOR paling tinggi, yakni 93%. Kemudian Banten mencatatkan keterisian tertinggi berikutnya, yakni 91%, Jawa Barat 89%, Jawa Tengah 87%, dan DI Yogyakarta 86%.

Menurut pendapat Epidemiolog UI Ede Surya Darmawan, kasus Covid - 19 Indonesia memasuki babak baru, dan belum bisa diprediksi sampai kapan.

"Kita memasuki babak baru untuk Indonesia, kasus itu sempat turun merupakan harapan yang tinggi ketika pada 17 Mei, kemudian naik tajam akhir Juni seperti sekarang. Kita belum tahu akan terus naik, kita tidak tahu belum ada yang bisa memprediksi," kata Ede dalam paparan acara Kementerian Perhubungan, Minggu (27/6/2021).

Dia mengerucutkan sumber masalah ini, yaitu karena banyaknya masyarakat yang nekat pulang kampung saat lebaran Idul Fitri 1442 Hijriah kemarin. Juga termasuk masyarakat yang berwisata namun tidak mengikuti protokol kesehatan.

Lantas, saham-saham apa saja yang menjadi top gainers dalam sepekan lalu?

Pada halaman selanjutnya, Tim Riset CNBC Indonesia menyajikan tabel yang berisikan 5 saham dengan 'cuan' tertinggi dalam seminggu lalu dan akan membahas secara singkat beberapa kinerja saham tersebut.

Bila menilik data atas, saham emiten produsen gas industri yang dikuasai oleh Grup Samator, AGII, menjadi yang paling melonjak dengan kenaikan mencapai 37,75% ke Rp 1.405/saham. Saham AGII sempat menyentuh auto rejection atas (ARA) 25% pada Senin (21/6) pekan lalu.

Sentimen pendorong kenaikan saham AGII baru-baru ini ialah terkait kian tingginya permintaan baik dari rumah sakit maupun fasilitas kesehatan terhadap tabung gas oksigen di tengah lonjakan kasus Covid-19 di Tanah Air.

"Sangat pesat, kita monitornya sudah per day sekarang, karena lonjakan exponential," kata Presiden Direktur AGII Rachmat Harsono kepada CNBC Indonesia, Selasa (22/6).

Penjualan gas untuk medis meningkat hingga 50% selama beberapa hari pada pekan lalu. Namun, Ia belum bisa mentabulasi data keseluruhan secara akurat hingga kini, sehingga belum bisa menyampaikan data riilnya.

Meningkatnya permintaan tersebut membuat industri harus bergerak cepat dalam memenuhinya. Rachmat menjelaskan bahwa perusahaan sudah memiliki rencana untuk meningkatkan kapasitas produksi.

"Mengenai tambahan produksi pun kami juga sudahplanningsejak akhir tahun lalu, untuk menambah unit liquefaction oxygen di plant kami di Jabar dan Jatim, rencana pemasangan akan bulan depan," sebutnya.

Informasi saja, kapasitas produksi gas oksigen di Indonesia mencapai 650 juta ton per tahun, sebanyak 300 juta ton per tahun terintegrasi dengan pengguna. Saat ini utilisasi rata-rata industri gas oksigen sekitar 80% karena sangat tergantung lokasi. Untuk tahun ini, hingga Juni 2021 tercatat sudah ada tujuh juta liter oksigen yang dipesan.

Selain saham AGII, saham pengelola jaringan rumah sakit (RS) Omni Hospitals PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) juga melonjak sepekan hingga 29,81%. Saham SAME tercatat sudah mencetak reli penguatan selama 6 hari beruntun.

Kenaikan saham emiten yang baru saja dicaplok oleh Grup Emtek alias PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) bersamaan dengan sejumlah emiten pengelola RS lainnya.

Saham pengelola RS Mayapada PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ), misalnya, melonjak 53,36% dalam seminggu. Kemudian, saham pemilik RS Hermina PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) juga membukukan reli kenaikan selama 7 hari beruntun, dengan total lonjakan selama sepekan mencapai 12,92%.

Kemudian, saham emiten pertambangan Grup Bakrie BRMS melesat selama pekan lalu, seiring beredar kabar di kalangan pelaku pasar soal masuknya Grup Salim ke saham tersebut. Sebenarnya, isu tersebut sudah terdengar sejak beberapa bulan lalu.

Menurut pemberitaan CNBC Indonesia, 21 Mei lalu, menanggapi isu tersebut Direktur perusahaan Herwin W. Hidayat kala itu menyebutkan masih memantau pelaksanaan rights issue perusahaan.

"Kami belum mengetahui informasi tsb. Saat ini fokus kami adalah utk menyelesaikan lap keuangan periode 31 Dec 2020 dan memonitor periode pelaksanaan rights issue perusahaan," kata Herwin kepada CNBC Indonesia bulan lalu.

Sebagai informasi, perusahaan menggelar rights issue pada April lalu. Usai rights issue, menurut keterbukaan informasi di website BEI pada 9 April 2021, terdapat investor baru BRMS, yakni sebuah perusahaan asal Kepulauan Cayman Emirates Tarian Global Ventures SPC, yang menggenggam 10,91% saham BRMS dari sebelumnya nihil alias 0%. Sementara, menurut data per 31 Mei 2021, Emirates Tarian memiliki 12,33% saham BRMS.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular