Garap Smelter Nikel Bahodopi, INCO Gandeng 2 Korporasi China

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
24 June 2021 18:35
Chief Executive Officer (CEO) & Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale), Febriany Eddy. (ist via PT. Vale)
Foto: Chief Executive Officer (CEO) & Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale), Febriany Eddy. (ist via PT. Vale)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pertambangan nikel, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menggandeng dua korporasi asal China untuk membangun proyek smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah.

Dua perusahaan yang menjadi mitra tersebut ialah Taiyuan Iron & Steel (Grup) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai),

Perseroan bersama TISCO dan Xinhai telah menandatangani dokumen perjanjian kerangka kerjasama proyek untuk fasilitas pengolahan nikel Bahodopi.

Berdasarkan keterangan resmi INCO yang terbaru setelah direvisi oleh manajemen sebelumnya, disebutkan Vale Indonesia, TISCO dan Xinhai akan membentuk perusahaan patungan (JV Co) untuk membangun fasilitas pengolahan nikel di Xinhai Industrial Park, Morowali, Sulawesi Tengah

JV Co akan membangun delapan lini pengolahan feronikel rotary kiln-electric furnace dengan perkiraan produksi sebesar 73.000 metrik ton nikel per tahun beserta fasilitas pendukungnya

Semua pihak menyetujui bahwa Vale Indonesia akan memiliki 49% saham JV Co dan dua perusahaan mitra akan memiliki 51% saham

"Semua pihak menyetujui bahwa kebutuhan listrik akan bersumber dari pembangkit listrik tenaga gas untuk mendukung komitmen Vale Indonesia dalam mengurangi emisi karbon," tulis manajemen perusahaan.

Manajemen Vale Indonesia menyatakan, semua pihak juga menyepakati bahwa dalam jangka waktu 6 bulan sejak di tandatanganinya Perjanjian ini akan menyelesaikan semua persyaratan teknis dan finansial yang diperlukan untuk mengambil keputusan investasi final.

"Kami menghargai bahwa mitra kami telah mendukung agenda rendah karbon Vale dengan menyepakati perubahan rencana dari pembangkit listrik tenaga batu bara menjadi gas. Kami percaya Perjanjian ini merupakan bukti keselarasan komitmen keberlanjutan kami, dimana hal ini sangat penting bagi PT Vale. Kami yakin bahwa ketiga pihak akan saling melengkapi," kata Febriany Eddy, CEO Vale Indonesia.

"Perjanjian ini merupakan kesempatan yang signifikan bagi Vale dan bagi Indonesia,  kata Mark Travers, Presiden Komisaris Vale Indonesia.

"Komitmen untuk memperluas operasi kami di Indonesia dibangun sejak dahulu untuk mendukung masa depan yang berkelanjutan baik dari sisi bisnis kami maupun untuk negara," kata Mark.

"Kami percaya Indonesia akan memainkan peran utama di masa depan dalam industri nikel dan kami berkomitmen menjadi pemain yang terpercaya dan bertanggung jawab dalam menciptakan nilai dan peluang di masyarakat di mana kami beroperasi."

Sekadar informasi, Vale Indonesia saat ini memang fokus membangun tiga smelter dengan nilai investasi senilai US$ 5 miliar atau sekitar Rp 72 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.400 per US$.

Tiga proyek smelter nikel tersebut antara lain smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah, dan proyek ekspansi smelter yang telah ada di Sorowako, Sulawesi Selatan.

Sebanyak 20% saham Vale Indonesia juga dipegang oleh Holding BUMN pertambangan, PT Inalum (Persero) alias MIND ID.

Catatan redaksi: Ada revisi nama 2 perusahaan China yakni sebelumnya disebutkan Taiyuan Iron & Steel (Grup) Co., Ltd (Taigang) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd, tetapi kemudian direvisi oleh manajemen menjadi TISCO dan Xinhai.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sah! Febriany Eddy Jadi CEO Vale Indonesia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular