
Tapering & Rekor Covid-19, Kombinasi Mematikan bagi Rupiah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah masih lemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Kamis (24/6/2021).
Dolar AS yang kembali bertenaga membuat rupiah yang sedang tertekan akibat kasus penyakit virus corona (Covid-19) kembali melanjutkan catatan buruk yang dimulai pekan lalu.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di kisaran Rp 14.430/US$. Sempat menguat tipis 0,07%, rupiah kemudian terdepresiasi hingga 0,17% ke Rp 14.455/US$.
Pada pukul 12:00 WIB, rupiah berada di Rp 14.450/US$, melemah 0,14% di pasar spot.
Jika hari ini rupiah tak mampu bangkit, maka akan membukukan pelemahan dalam 8 dari 9 hari terakhir. Hingga Rabu kemarin, rupiah hanya mampu menguat pada Selasa lalu.
Kemarin, saat indeks dolar AS sedang melemah rupiah masih belum mampu menguat. Kini indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut berbalik menguat, bahkan sejak perdagangan sesi AS kemarin.
Penguatan tersebut terjadi setelah , dua pejabat teras bank sentral AS (The Fed), Raphael Bostic (Presiden The Fed Atlanta) dan Michelle Bowman (Anggota Dewan Gubernur The Fed), menyatakan tekanan inflasi boleh saja cuma sementara. Namun dampaknya akan terasa dalam waktu lebih lama dari perkiraan sebelumnya.
"Berbagai data terbaru membuat saya memajukan proyeksi (perkiraan kenaikan suku bunga acuan). Saya memperkirakan suku bunga sudah perlu naik pada akhir 2022. Meski temporer, tekanan inflasi akan terjadi dalam waktu yang lebih lama dari perkiraan. Bukan hanya 2-3 bulan tetapi bisa 6-9 bulan," ungkap Bostic, sebagaimana diwartakan Reuters.
"Saya setuju bahwa tekanan inflasi disebabkan oleh keterbatasan pasokan dan peningkatan permintaan akibat pembukaan kembali aktivitas masyarakat (reopening). Jika situasi sudah lebih stabil, lebih seimbang, tekanan ini memang akan berkurang. Namun saya sulit memperkirakan kapan itu terjadi, yang jelas akan memakan waktu," tambah Bowman, juga dikutip dari Reuters.
Pernyataan keduanya kembali memunculkan spekulasi The Fed akan melakukan tapering dalam waktu dekat. Dolar AS pun kembali perkasa.
Di sisi lain, kasus Covid-19 di Indonesia yang mencetak rekor tertinggi sepanjang masa membuat rupiah tertekan.
Kementerian Kesehatan melaporkan, jumlah pasien positif corona di Indonesia per 23 Juni 2021 adalah 2.033.421 orang. Bertambah 15.308 orang dari hari sebelumnya, rekor tertinggi penambahan pasien harian sejak kasus perdana diumumkan pada awal Maret tahun lalu.
Dari total kasus tersebut, angka kasus aktif sebanyak 160.524 orang. Naik dibandingkan hari sebelumnya yang sebanyak 152.686 orang dan menjadi yang tertinggi sejak 13 Februari 2021.
Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif corona bertambah 11.169 orang per hari. Melonjak tajam dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 6.131 orang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
