Bitcoin Babak Belur, Harga Bakal Dibanting sampai Kapan?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 June 2021 07:15
Ilustrasi Bitcoin  (Photo by André François McKenzie on Unsplash)
Foto: Ilustrasi Bitcoin (Photo by André François McKenzie on Unsplash)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mata uang kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin, diprediksi masih akan berada di tren turun (bearish) dalam beberapa waktu mendatang seiring dengan tekanan sentimen global yang dialaminya.

Sejak Mei lalu, banyak juga yang sudah memprediksi pasar kripto masih terus menurun. Bitcoin bahkan diprediksi bakal turun jauh ke bawah US$ 30.000/koin atau di bawah level Rp 432 juta/koin (kurs Rp 14.400/US$).

"Saya percaya Bitcoin masih akan turun makin dalam dari posisi saat ini," tulis analis dari BiotechValley dalam sebuah catatan Mei lalu, dikutip Cointelegraph, Kamis (24/6/2021).

Saat ini sentimen global terhadap Bitcoin terus menekan harga cryptocurrency ini, juga berimbas ke kripto lain seperti Ripple, Dogecoin, Ethereum, dan Cardano.

Harga Bitcoin 23 Juni pukul 20.53, Grafis CoinMarketCapFoto: Harga Bitcoin 23 Juni pukul 20.53, Grafis CoinMarketCap
Harga Bitcoin 23 Juni pukul 20.53, Grafis CoinMarketCap

Apalagi pemerintah China di bawah pemerintahan Presiden Xi Jinping belum berhenti "melenyapkan" Bitcoin dari negaranya. Dalam beberapa bulan terakhir, berbagai aturan keras dikeluarkan yang berdampak pada ambrolnya harga Bitcoin dkk.

Pada perdagangan Selasa (22/6), harga Bitcoin sempat ambrol ke bawah US$ 30.000/koin, menyentuh level terendah sejak 27 Februari lalu, berdasarkan data dari Investing.

Sementara pada perdagangan Rabu siang (23/6), pukul 14:04 WIB, bitcoin diperdagangkan di kisaran US$ 33.931/koin (Rp 488 juta/koin).

Pada perdagangan Rabu malam pukul 20.51 WIB, Bitcoin diperdagangkan di US$ 34.188, atau turun 12,65% dalam 7 hari perdagangan terakhir, mengacu data CoinMarketCap.

Harga Bitcoin 23 Juni pukul 20.53, Grafis CoinMarketCapFoto: Harga Bitcoin 23 Juni pukul 20.53, Grafis CoinMarketCap
Harga Bitcoin 23 Juni pukul 20.53, Grafis CoinMarketCap

NEXT: Awas Pola Dead Cross

Harga Bitcoin kini sudah ambrol lebih dari 50% dari rekor tertinggi sepanjang masa US$ 64.374/koin (Rp 927 juta/koin) yang dicapai pada 14 April lalu.

Meroketnya harga Bitcoin dan mata uang kripto lainnya membuat pihak berwenang di Negeri Tiongkok memperingatkan akan adannya risiko yang mengganggu pasar finansial, serta tingginya tingkat pencucian uang.

Pemerintah China pada akhirnya bertindak, akhir bulan lalu menegaskan akan memberantas segala bentuk aktivitas penambangan dan perdagangan Bitcoin dan mata uang kripto lainnya. Akibatnya, lebih dari 90% kapasitas penambangan bitcoin diperkirakan akan ditutup.

Jumat pekan lalu, pemerintah provinsi Sinchuan memerintahkan para penambang mata uang kripto untuk menghentikan operasinya. Sinchuan merupakan salah satu provinsi yang menjadi pusat penambangan bitcoin Cs.

Kemudian di awal pekan ini bank sentral China (People's bank of China/PBoC) meminta lembaga finansial untuk tidak lagi menyediakan layanan jasa mata uang kripto, termasuk pembukaan akun, kliring hingga settlement.

Sejak Jumat lalu hingga hari Senin pasca kabar dari PBoC tersebut, pasar kripto ambrol, membuat US$ 400 miliar kapitalisasi pasarnya lenyap.

"Saya pikir bitcoin perlahan akan turun dan membentuk dead cat bounce," tambah analis BiotechValley.

Dead cat bounce merupakan analisis teknikal yang menunjukkan berlanjutnya tren penurunan. Suatu aset dikatakan mengalami dead cat bounce ketika harganya merosot, kemudian perlahan berbalik naik seolah-olah akan bangkit. Tetapi setelahnya malah kembali merosot.

Pada 23 Mei lalu, bitcoin sempat menyentuh US$ 30.000/koin, sebelum perlahan bangkit. Tetapi, akhirnya kembali merosot hingga kemarin sempat menembus ke bawah US$ 30.000/koin, yang kemarin sempat dilewati.

Foto: Dead cross Bitcoin 23 Juni, InvestingFoto: Foto: Dead cross Bitcoin 23 Juni, Investing
Foto: Dead cross Bitcoin 23 Juni, Investing

Analis tersebut memperkirakan harga bitcoin berisiko merosot hingga ke US$ 15.000/Koin (Rp 216 juta/koin).

Death cross merupakan perpotongan indikator rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50) dengan rerata pergerakan 100 hari (MA 100) serta 200 hari (MA 200). Dimana MA 50 memotong MA 100 dan MA 200 dari atas ke bawah, yang sudah terjadi jika melihat pergerakan bitcoin pada grafik harian.

Dengan demikian, risiko kemerosotan bitcoin kini semakin besar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tembus USD 0,68, Harga Dogecoin To The Moon

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular