
Dolar AS Sedang Loyo, Rupiah kok Tak Sanggup Menguat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Rabu (23/6/2021). Padahal, dolar AS sedang mengalami tekanan pasca testimoni ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell.
Melansir data Refintiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.400/US$. Setelahnya rupiah melemah 0,24% ke Rp 14.435/US$. Posisi rupiah sedikit membaik, berada di Rp 14.425/US$ atau melemah 0,17% di pasar spot.
Dolar AS mulai mengalami koreksi sejak awal pekan ini, pelaku pasar menanti testimoni Powell pada Selasa waktu setempat guna mencari kejelasan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).
Indeks dolar AS kembali terkoreksi 0,16% pada perdagangan Selasa kemarin, artinya testimoni Powell mampu meredam spekulasi tapering. Sehingga, rupiah berpeluang kembali melanjutkan penguatan pada hari ini, Rabu (23/6/2021).
Powell yang menegaskan inflasi yang tinggi hanya sementara, akibat perekonomian yang kembali dibuka, dengan permintaan yang tinggi tetapi masih belum mampu diimbangi dengan supply.
Selain itu, Powell juga mengatakan tidak akan terburu-buru untuk menaikkan suku bunga. "Kami tidak akan menaikkan suku bunga hanya karena kekhawatiran kemungkinan percepatan laju inflasi. Kami akan menunggu lebih banyak bukti mengenai inflasi. Percepatan laju inflasi saat ini belum mencerminkan ekonomi secara keseluruhan, tetapi adalah efek langsung dari reopening," jelas Powell.
Sementara itu, rupiah yang melemah mengindikasikan masih belum bagusnya sentimen di dalam negeri akibat lonjakan kasus Covid-19.
"Kami masih belum mengubah proyeksi bahwa dolar AS akan menjalani tren pelemahan. The Fed belum mengirim sinyal hawkish lagi, Ketua Powell kembali mengubur kemungkinan tapering. The Fed sepertinya masih akan tertinggal di antara negara-negara maju dalam hal mengurangi kebijakan akomodatif," sebut riset Well Fargo.
Senin lalu, jumlah kasus positif Covid-19 dilaporkan bertambah 14.536 orang per hari, terbanyak sepanjang pandemi sejak Maret tahun lalu. Rekor sebelumnya, 14.518 kasus positif per hari, yang tercatat pada 30 Januari lalu.
Sementara Selasa kemarin, jumlah kasus baru dilaporkan 13.668 orang, menurun dari hari sebelumnya, tetapi masih termasuk tingg. Sudah enam hari beruntun pasien baru bertambah lebih dari 10.000.
Selama 14 hari terakhir, rata-rata penambahan pasien baru adalah 10.628 orang per hari. Melonjak tajam dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yakni 5.938 orang setiap harinya.
Hal yang patut menjadi perhatian adalah angka kasus aktif yang terus meningkat. Kasus aktif menggambarkan pasien yang masih dalam perawatan, baik di fasilitas kesehatan maupun mandiri. Data ini menggambarkan seberapa berat beban yang ditanggung sistem pelayanan kesehatan di suatu negara.
Pada 22 Juni 2021, angka kasus aktif berada di 152.686 orang, bertambah 4.958 dari hari sebelumnya. Angka kasus aktif berada di posisi tertinggi sejak 1 Maret 2021.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ngeri! 3 Hari Melesat 3% ke Level Terkuat 3 Bulan
