
Isu Tapering "Dikubur", Rupiah Bidik Level Rp 14.350/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah akhirnya menghentikan catatan buruk tidak pernah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) dalam 6 hari beruntun. Tidak hanya itu, rupiah juga menguat sendirian di Asia pada Selasa kemarin.
Meski demikian, sebelumnya total rupiah melemah 1,7% dalam 6 hari. Pelemahan tajam tersebut menjadi salah satu yang membantu rupiah menguat hari ini, selain juga indeks dolar AS yang sedang terkoreksi menanti testimoni ketua bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell guna mencari kejelasan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).
Kabar baiknya, indeks dolar AS kembali terkoreksi 0,16% pada perdagangan Selasa kemarin, artinya testimoni Powell mampu meredam spekulasi tapering. Sehingga, rupiah berpeluang kembali melanjutkan penguatan pada hari ini, Rabu (23/6/2021).
Powell yang menegaskan inflasi yang tinggi hanya sementara, akibat perekonomian yang kembali dibuka, dengan permintaan yang tinggi tetapi masih belum mampu diimbangi dengan supply.
Selain itu, Powell juga mengatakan tidak akan terburu-buru untuk menaikkan suku bunga. "Kami tidak akan menaikkan suku bunga hanya karena kekhawatiran kemungkinan percepatan laju inflasi. Kami akan menunggu lebih banyak bukti mengenai inflasi. Percepatan laju inflasi saat ini belum mencerminkan ekonomi secara keseluruhan, tetapi adalah efek langsung dari reopening," jelas Powell.
"Kami masih belum mengubah proyeksi bahwa dolar AS akan menjalani tren pelemahan. The Fed belum mengirim sinyal hawkish lagi, Ketua Powell kembali mengubur kemungkinan tapering. The Fed sepertinya masih akan tertinggal di antara negara-negara maju dalam hal mengurangi kebijakan akomodatif," sebut riset Well Fargo.
Secara teknikal, rupiah meski menguat tetapi masih berada di atas 3 rerata pergerakan (Moving Average/MA), yakni MA 50 hari, MA 100 hari dan MA 200 hari.
Artinya, tekanan masih belum berakhir, dan untuk bisa lepas dari tekanan tersebut upiah perlu kembali ke bawah MA 50 yang berada di kisaran Rp 14.350/US$.
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic pada grafik harian berbalik naik meski belum mencapai wilayah oversold. Saat ini berada di level 41.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Artinya, ketika belum mencapai overbought, tekanan bagi rupiah cukup besar.
Resisten terdekat Rp 14.425/US$, jika hari ini ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.450/US$. Resisten selanjutnya berada di Rp 14.500/US$.
Namun, jika mampu kembali ke bawah 14.400/US$, rupiah berpeluang menguat menuju MA 50 di Rp 14.350/US$. Jika mampu dilewati, rupiah berpeluang ke Rp 14.315 hingga 14.300/US$ yang berada di kisaran MA 100 dan 200.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
