Internasional

Awas Panas, AS Siapkan Sanksi Baru ke Rusia

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
21 June 2021 06:26
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu di Jenewa, Swiss, Rabu (16/6/2021) waktu setempat. (AP/Denis Balibouse_
Foto: Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu di Jenewa, Swiss, Rabu (16/6/2021) waktu setempat. (AP/Denis Balibouse_

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) kini mempersiapkan sanksi baru ke Rusia. Sanksi akan diberikan atas tudingan upaya meracuni aktivis anti pemerintahan Presiden Vladimir Putin, Alexei Navalny.

Penasihat keamanan nasional pemerintah Presiden AS Joe Biden, Jake Sullivan, mengatakan hal tersebut Minggu (21/6/2021). Navalny merupakan kritikus Kremlin paling menonjol dan telah ditangkap Rusia sejak Januari, pasca kembali ke Moskow setelah keracunan dan dirawat di Jerman tahun lalu.

"Kami mengumpulkan sekutu Eropa dalam upaya bersama untuk mengenakan 'biaya' pada Rusia akibat penggunaan bahan kimia terhadap salah satu warga mereka," katanya kepada CNN "State of the Union" dikutip AFP.

"Kami tengah mempersiapkan sanksi untuk diterapkan dalam kasus ini ... Kami telah menunjukkan bahwa kami tidak akan menarik 'pukulan' kami (ke Rusia)."

Sementara itu, Rusia menolak kemungkinan sanksi baru. Negeri Beruang Putih menegaskan tindakan AS ilegal.

"Tindakan ilegal AS selalu diikuti tanggapan yang sah dari kami," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova di Telegram.

Pernyataan baru AS ini terjadi setelah pertemuan antara Biden dan Putin di Jenewa, Swiss pekan lalu. Padahal, pertemuan tersebut memberi lampu hijau akan adanya harmonisasi kedua negara, setidaknya soal nuklir dan pembukaan kembali hubungan diplomatik dengan mengirim dubes masing-masing, setelah ditarik beberapa bulan lalu.

"Ini bukan sinyal yang diterima semua orang setelah pertemuan puncak di Jenewa," kata Duta Besar Rusia untuk AS, Anatoly Antovov.

"Saya pikir tidak mungkin menstabilkan hubungan, meningkatkan hubungan timbal balik antara dua negara, melalui sanksi." Ujar Antonov lagi.

Dari data BPS AS, neraca perdagangan kedua negara terus mengalami defisit sejak 2014 hingga 2021. Pada Januari 2021, defisit neraca dagang ini sebesar US$1.575 juta.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Ekonomi AS Diambang Penyelesaian Pemulihan dari Resesi'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular