Rupiah Kian Merana! Sedikit Lagi Rp 14.400/US$ Jebol

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 June 2021 09:45
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali merosot melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan Kamis (18/6/2021). Dolar AS sedang kuat-kuatnya sementara rupiah kini mendapat tekanan dari dalam negeri, alhasil rupiah menuju pelemahan 5 hari beruntun, dan sedikit lagi melewati Rp 14.400/US$.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,7% ke Rp 14.360/US$. Tetapi kurang dari 15 menit setelahnya, Mata Uang Garuda sudah berada di Rp 14.390/US$, melemah 0,28%. Level tersebut merupakan yang terlemah dalam satu bulan terakhir. 

Pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) masih mempengaruhi pergerakan pasar finansial global pada hari ini.

The Fed mengejutkan pasar dengan memproyeksikan suku bunga naik di tahun 2023. Tidak hanya sekali, bahkan dua kali kenaikan masing-masing 25 basis poin, sehingga menjadi 0,75%.

Proyeksi tersebut lebih cepat ketimbang dengan perkiraan yang diberikan bulan Maret lalu yakni kenaikan suku bunga di tahun 2024.

Bahkan, beberapa anggota The Fed melihat ada peluang suku bunga bisa naik tahun depan. Pengumuman tersebut membuat dolar AS tak terbendung penguatannya.

Perkasanya dolar AS terlihat dari indeksnya yang kemarin melesat 0,83%. Sementara kemarin, indeks dolar AS juga naik 0,65%. Dengan kondisi tersebut rupiah tentunya sulit untuk menguat. Apalagi, rupiah kini mendapat tekanan dari lonjakan kasus penyakit virus corona (Covid-19) di Indonesia.

Satgas Penanganan Covid-19 mencatat per Kamis (17/6/2021) kasus harian Covid-19 di Indonesia menembus 12.624 kasus, menjadi kenaikan tertinggi sejak 30 Januari lalu.
Lonjakan kasus dalam beberapa pekan terakhir tentunya membuat pelaku pasar cemas Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang lebih ketat bisa kembali diterapkan.

Jika PPKM diketatkan, maka pemulihan ekonomi terancam tersendat lagi.

Belum lagi Bank Dunia dalam laporan terbarunya memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia belum mampu tumbuh di angka 5% seperti tren pertumbuhan lima tahun terakhir. Namun untuk jangka yang lebih panjang, pertumbuhan ekonomi Indonesia diramal bakal kembali naik ke angka 5% per tahun.

Dalam laporan yang bertajuk Indonesia Economic Prospect, Bank Dunia meramal output perekonomian Indonesia hanya mampu tumbuh 4,4% tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Tertekan, Rupiah Bisa Sentuh Rp 14.800/USD di Q2-2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular