Tingkat Pengangguran Turun, Dolar Australia Meroket 1% Lebih

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 June 2021 14:50
Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

Jakarta, CNBC Indonesia - Data ekonomi dari Australia menunjukkan tingkat pengangguran yang menurun tajam di bulan Mei. Alhasil, nilai tukar dolar Australia meroket melawan rupiah, tetapi masih belum mampu kembali ke atas Rp 11.000/AU$.

Melansir data Refinitiv, dolar Australia menguat 1,15% ke Rp 10.957,62/AU$, yang menjadi level tertinggi hari ini. Pada pukul 13:42 WIB, penguatan dolar Australia terpangkas ke RP 10.929,95/AU$ menguat 0,9%.

Biro Statistik Australia hari ini melaporkan tingkat pengangguran bulan Mei turun menjadi 5,1% dari sebelumnya 5,5%. Penurunan yang tajam, bahkan berada di level terendah sejak Februari 2020, atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan sebelum tingkat pengangguran Australia mulai dalam tren menanjak akibat lockdown.

Tidak hanya itu, sepanjang bulan Mei perekonomian Australia dilaporkan mampu menyerap 115.200 tenaga kerja, jauh lebih tinggi dair prediksi pelaku pasar 30.500 tenaga kerja.
Meski demikian, dolar Australia belum mampu kembali ke atas Rp 11.000/US$ sejak Jumat pekan lalu. Penyebabnya, rilis notula rapat kebijakan moneter Reverve Bank of Australia (RBA) edisi Juni 2020. Notula tersebut menunjukkan para pejabat RBA bersedia memperpanjang program QE yang akan berakhir pada bulan September.

Nilai QE RBA saat ini sebesar AU$ 100 miliar (US$ 77 miliar). Perpanjangan QE tersebut artinya likuiditas masih terus bertambah yang membuat dolar Australia sulit menguat.
Selain itu para anggota dewan setuju masih terlalu dini untuk mengurangi nilai program pembelian aset.

"Mengurangi nilai QE atau membuatnya menjadi lebih panjang (dengan mengurangi nilai pembelian setiap minggunya) akan membuat dolar Australia menguat karena pengetatan kondisi finansial," kata David Plank, kepala ekonom di Australia dan New Zealand Banking Group, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (15/6/2021).

"Karena itu, kami pikir pilihan bagi RBA adalah menambah durasi QE dan tetap mempertahankan nilai pembelian AU$ 5 miliar per pekan tanpa menentukan totalnya," tambah Plank.

Jika hal tersebut dilakukan, artinya RBA akan menerapkan open-ended QE seperti bank sentral Amerika Serikat (AS).

Selain itu, kebijakan moneter RBA juga masih akan tetap sangat akomodatif sampai pasar tenaga kerja mencapai full employment.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi-Lagi Karena China, Dolar Australia Berjaya Lawan Rupiah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular