Duh! CPO Nyungsep Lagi, Makin Jauh dari Harga RM 4.000/ton

Tirta, CNBC Indonesia
17 June 2021 12:12
Bongkar Muat Minyak Crude Palm Oil (CPO) (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Minyak Crude Palm Oil (CPO) (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) Malaysia mengalami penurunan pada perdagangan hari ini, Kamis (17/6/2021). Koreksi harga disebabkan karena kinerja ekspor Malaysia yang kurang bagus hingga pertengahan Juni.

Namun pelemahan ringgit membuat koreksi harga tak begitu besar. Harga CPO Kontrak September 2021 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange ditransaksikan melemah 0,24% ke RM 3.396/ton. 

Ekspor minyak sawit Negeri Jiran untuk periode 1-15 Juni 2021 diestimasi turun 7,9% dibanding bulan sebelumnya 657.474 ton oleh Societe Generale de Surveilance, sebagaimana dilaporkan Reuters.

Penurunan ekspor minyak sawit hampir terjadi untuk semua jenis, baik minyak mentahnya maupun minyak hasil olahannya. Jika ditinjau dari destinasinya, penurunan ekspor terjadi ke sejumlah negara seperti Uni Eropa, Pakistan, India dan Amerika Serikat (AS). 

Namun ekspor minyak sawit Malaysia ke China terpantau mengalami kenaikan. Jika pada periode setengah bulan Mei ekspor ke Negeri Panda tercatat hanya 93.505 ton, di bulan ini mengalami kenaikan menjadi 102.165 ton. Artinya ada peningkatan ekspor sekitar 12,5% secara bulanan. 

Koreksi harga minyak sawit mentah sedikit terbantu karena harga sudah ambles signifikan dan juga pelemahan ringgit. Depresiasi mata uang Negeri Jiran diakibatkan dolar AS yang menguat ke level tertinggi dalam 15 bulan. 

Pasar merespons positif proyeksi data ekonomi bank sentral AS (The Fed). Bank sentral paling powerful di dunia itu memprediksi ekonomi AS tumbuh 7% tahun ini. Proyeksi dinaikkan 50 basis poin (bps) dibandingkan dengan ramalan Maret lalu yang berada di angka 6,5%. 

Tingkat pengangguran diramal tetap di angka 4,5%. Namun inflasi yang diukur dari personal consumption expenditure (PCE) direvisi naik 100 bps menjadi 3,4% dari 2,4% perkiraan bulan Maret lalu. 

Poin yang menarik lain adalah kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan (Fed Funds Rate/FFR) sebanyak dua kali pada 2023 sehingga ada peningkatan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 0,6%. 

Hal ini membuat dolar AS langsung menguat signifikan dan memakan tumbal aset-aset lain terutama mata uang negara lain, Malaysia tak terkecuali. Pelemahan ringgit membuat harga minyak sawit mentah yang drop menjadi semakin murah, sehingga momentum ini digunakan para trader untuk melakukan aksi beli kontrak CPO. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Joss! Gegara Indonesia Harga CPO Dunia Pecah Rekor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular