Internasional

Babak Belur & Sewanya Sepi, Begini Cara Bertahan Peritel AS

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
16 June 2021 18:37
This Thursday, May 27, 2021, photo shows the closed Sears in Buena Park Mall in Buena Park, Calif. California state lawmakers are grappling with a particularly 21st-century problem: What to do with the growing number of shopping malls and big-box retail stores left empty by consumers shifting their purchases to the web. A possible answer in crowded California cities is to build housing on these sites, which already have ample parking and are close to existing neighborhoods. (AP Photo/Damian Dovarganes)
Foto: Ilustrasi/AP/Damian Dovarganes

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama pandemi Covid-19 melanda seluruh belahan dunia, satu per satu perusahaan ritel berguguran. Di Indonesia ada pailitnya pengelola Centro dan penutupan gerai Giant di Indonesia, sementara di AS, jaringan mal sana pun harus gulung tikar.

Seperti diberitakan CNBC International, Washington Prime Group (WPG), perusahaan jaringan mal yang berbasis di Columbus telah mengajukan Bab 11 Undang-Undang Kepailitan AS pada Minggu lalu (13/6/2021). Bab ini populer dengan sebutan Chapter 11, salah satu bab dalam UU Kepailitan tentang reorganisasi sesuai hukum kepailitan AS.

Perusahaan menyebut bahwa Covid-19 menciptakan tantangan yang signifikan sehingga langkah menempuh kepailitan Bab 11 itu sangat diperlukan.

Menariknya, meskipun WPG mengajukan pailit lantaran Covid-19 menekan kinerja mereka, beberapa perusahaan ritel, khususnya pengelola mal dan pusat perbelanjaan, mulai mencoba menerapkan model bisnis baru.

Pendekatannya berbeda-beda, demi menjaga keberlangsungan perusahaan.

Kosongnya mal di AS mencapai rekor tertinggi pada April lalu dikarenakan toko ritel masih berusaha keras untuk tetap buka setelah penutupan akibat pandemi Covid.

Dikutip dari CNBC, pada kuartal pertama 2021 tingkat kekosongan mal-mal regional di AS mencapai 11,4% naik dari periode sebelumnya yang mana tingkat kekosongan berada di level 10,5% pada kuartal terakhir 2020.

Alhasil pedagang ritel mencari cara baru untuk bertahan, salah satunya dengan mendorong penyewa lahan atau bangunan untuk menawarkan jenis sewa persentase. Ini adalah pembayaran sewa bulanan yang dihitung berdasarkan persentase dari penjualan bulanan pihak penyewa. Mekanisme sewa ini menggantikan pembayaran tradisional dengan nominal tetap tiap bulan, mengutip pemberitaan dari WSJ.

Perjanjian sewa yang fleksibel itu memungkinkan pedagang ritel untuk mengelola biaya dan sangat membantu para pedagang baru.

Kini, menurut laporan WSJ, dikutip CNBC, dengan mekanisme semacam ini, berbagai brand mulai gencar menuntut jenis sewa persentase ini.

Membayar biaya tenant dengan persentase sewa yang mulai meluas di AS mencerminkan seberapa besar industri ritel mulai beradaptasi, meskipun pihak pemilik bangunan cenderung lebih menyukai pembayaran sewa bulanan dengan harga tetap.

Persentase sewa juga bukan tanpa masalah.

Mempreteli angka penjualan untuk menentukan harga sewa bisa menjadi masalah pelik, karena penyewa biasanya enggan membagikan data penjualan mereka dengan pemilik bangunan, kecuali saat mereka meminta keringanan sewa karena penurunan penjualan.

Di sisi lain, pemilik bangunan tidak pasrah saja, mereka juga berusaha menemukan cara untuk mengambil kontrol, seperti menurunkan jumlah minimum penjualan di mana setelahnya pemilik bangunan dapat mulai mengumpulkan sebagian dari pendapatan yang diperoleh pihak penyewa.

Akan tetapi pedagang ritel yang lebih sukses biasanya tidak menyukai model persentase-sewa ini. Mereka lebih memilih untuk menyimpan keuntungan dari penjualan untuk diri mereka sendiri.

Sebagai contoh, berdasarkan penuturan laporan WSJ, disebutkan bahwa raksasa teknologi Apple dan T.J. Maxx, peritel fashion, biasanya menegosiasikan harga sewa tetap.

Walaupun terjadi sedikit perubahan di masa pandemi, perjanjian sewa dengan bayaran tetap tidak akan hilang sepenuhnya.

Hal ini karena pada kebanyakan kasus, perjanjian sewa persentase terbatas pada tahun pertama atau untuk sewa dalam kurun waktu, yang kemudian akan kembali ke model sewa dengan biaya tetap.

Selain itu, ada juga keengganan pedagang ritel yang lebih sukses untuk mengadopsi model perjanjian sewa persentase ini, dan lebih memilih sewa tetap. Hmmm....mungkin tak mau angka penjualannya diintip kompetitor.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tutupnya Raksasa Ritel RI: Giant, Centro sampai Matahari

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular