
Miliarder Draper Prediksi Bitcoin Capai Rp 3,56 M di 2022

Jakarta, CNBC Indonesia - Miliarder sekaligus investor Bitcoin, Tim Draper berpegang teguh pada prediksinya bahwa Bitcoin akan mencapai US$ 250.000 atau Rp 3,56 miliar (kurs Rp 14.243 p/US$) pada akhir tahun 2022 atau awal tahun 2023, meskipun nilai kripto masih volatil dan penggunaan energinya belum ramah lingkungan.
"Saya pikir prediksi saya akan benar-benar terjadi," kata Draper kepada CNBC 'Make It'.
Draper pertama kali membuat prediksi harga Bitcoin pada tahun 2018, di mana saat itu Bitcoin diperdagangkan sekitar US$ 8.000, menurut Coinbase.
"Prediksi saya bisa saja benar-benar terjadi atau kemungkinan prediksi saya juga bisa salah, tetapi saya cukup yakin bahwa itu mengarah ke sana," kata Draper, dikutip dari CNBC.
Draper melakukan prediksi tersebut karena ia percaya bahwa mata uang digital akan lebih banyak digunakan oleh investor nantinya.
Saat ini hanya beberapa perusahaan besar yang menerima Bitcoin, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui aplikasi dompet digital pihak ketiga, termasuk Microsoft, PayPal, Overstock, Whole Foods, Starbucks, dan Home Depot. Banyak ahli melihat Bitcoin dapat dianggap sebagai aset lindung nilai, layaknya seperti emas.
"Kemudian di luar itu, saya pikir [Bitcoin] akan terus naik karena hanya ada 21 juta koin yang tersedia di pasar," kata Draper.
Berdasarkan kodenya, hanya 21 juta Bitcoin yang dapat ditambang, di mana sejauh ini, lebih dari 18 juta Bitcoin sudah beredar di pasar.
Pria berusia 63 tahun tersebut yang membangun kekayaannya dengan melakukan investasi awal di Twitter, Skype, Tesla, dan SpaceX (untuk beberapa nama), tidak akan membagikan berapa banyak Bitcoin yang dia pegang atau beberapa kripto lainnya.
Draper mengatakan sebagian besar para ahli teknologi sedang bekerja untuk meningkatkan Bitcoin saat ini. Pekan lalu, Bitcoin mendapat proses upgrade pertamanya dalam kurun waktu empat tahun terakhir, yang disebut Taproot.
Taproot mulai berlaku November mendatang, di mana upgrade tersebut akan menyebabkan privasi dan efisiensi transaksi menjadi lebih besar. Hal Ini juga dimaksudkan untuk membuka potensi kontrak pintar pada blockchain Bitcoin.
Namun, nilai bitcoin masih belum stabil dan sebagian besar ahli kekhawatiran atas penggunaan energinya yang sangat besar.
Untuk itu, para ahli merekomendasikan bagi investor untuk menginvestasikan dananya sesuai dengan kemampuannya, agar jika terjadi pelemahan parah, investor tidak mengalami risiko kerugian yang sangat besar.
Sebanyak ratusan miliar dolar Amerika Serikat (AS) terpaksa lenyap di sebagian besar kripto, setelah Elon Musk men-tweet pada Mei lalu yang menyatakan bahwa ia menangguhkan pembelian mobil Tesla menggunakan Bitcoin karena dampak lingkungan yang serius.
"Musk mungkin adalah salah satu pria paling brilian di dunia, tapi dia salah paham tentang Bitcoin," kata Draper pada pekan lalu.
Setelah 'drama' tersebut, Musk pada Minggu (13/6/2021) lalu kembali berkomentar bahwa ia dan perusahaan miliknya akan menerima kembali Bitcoin sebagai salah satu alternative pembayaran untuk pembelian mobil tesla, dengan syarat penambangan Bitcoin tersebut menggunakan energi yang lebih ramah lingkungan.
Setelah 'cuitan' Musk tersebut, sontak harga Bitcoin langsung melesat hingga sekitar 7% dan kembali menyentuh level US$ 40.000 pada Senin (14/6/2021), berdasarkan data dari Coinbase.
Ini bukan kali pertama Draper memprediksi kenaikan harga Bitcoin. Pada tahun 2014, ketika Bitcoin masih diperdagangkan sekitar US$ 500, dia pun memprediksi Bitcoin akan mencapai level harga US$ 10.000 dalam tiga tahun.
Pada Desember 2017, prediksi Draper pun tercapai. Data Coinbase menunjukkan Bitcoin berhasil mencapai lebih dari US$ 10.000 per koinnya dan terus melesat ke level tertingginya lebih dari US$ 18.900/koin per 19 Desember 2017, sebelum bergerak melemah ke level terendah US$ 7.270 per koinnya pada awal tahun 2018 silam.
Sebelumnya pada tahun 2014 silam, Draper menginvestasikan dana sebanyak 30.000 Bitcoin, di mana dana tersebut kemudian disita oleh U.S Marshals Services karena ia bertransaksi Bitcoin melalui black market online, Silk Road yang kini sudah tak beroperasi.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Guncangan Besar Pasar Kripto Membuat Harga Bitcoin Anjlok