
Mayoritas Bursa Asia Hijau, Tanda Baik Buat IHSG Hari Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas pasar saham Asia dibuka menguat pada perdagangan Selasa (15/6/2021), mengikuti kenaikan bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street pada penutupan perdagangan Senin (14/6/2021) waktu setempat yang mengirim indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite ke rekor penutupan tertinggi terbarunya.
Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,26%, Hang Seng Hong Kong naik tipis 0,02%, Straits Times Singapura tumbuh 0,3%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,15%.
Sementara untuk indeks Shanghai Composite China hari ini dibuka melemah 0,14%, setelah pada perdagangan kemarin tidak dibuka karena adanya libur nasional.
Beralih ke AS, Bursa saham New York (Wall Street) mayoritas ditutup menguat pada perdagangan Senin (14/6/2021) waktu setempat, setelah investor kembali memburu saham teknologi di AS yang membuat indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite ke rekor penutupan tertinggi terbarunya.
Indeks S&P 500 mencetak rekor tertinggi baru dengan menguat 0,4%, kali ini aksi cetak rekor juga terjadi pada indeks Nasdaq yang melesat 0,74% ke level 14.174,14 dini hari tadi.
Indeks yang berisi saham raksasa teknologi ini melibas rekor tertingginya yang semula dicetak pada 26 April. Indeks S&P 500 juga menyentuh rekor tertinggi baru setelah menguat 0,18% ke posisi 4.255,15. Sebaliknya, indeks Dow Jones malah melemah sebesar 0,25% menjadi 34.393,75.
Investor kembali masuk ke saham-saham berbasis pertumbuhan seperti teknologi menyusul penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun ke bawah 1,43% akhir pekan lalu. Itu merupakan level terendah dalam 3 bulan terakhir.
Sebagai catatan, koreksi imbal hasil memberikan peluang penurunan biaya pendanaan emiten teknologi, yang secara alamiah memang 'rakus' pendanaan berbasis surat utang. Jika biaya kupon obligasi berkurang, maka meningkat pula profitabilitas mereka.
Saham Apple dan Netflix kompak melonjak hingga 2% lebih, disusul Amazon, Microsoft dan Facebook yang naik. Di sisi lain, saham Tesla menguat 1,3% di penutupan, menyusul kenaikan harga Bitcoin yang menembus angka US$ 40.000/keping.
Harga mata uang kripto tersebut naik berkat komentar CEO Tesla, Elon Musk yang menyebutkan akan menerima pembayaran dalam mata uang kripto terlaris itu, dengan dalih penambangannya sudah menggunakan energi ramah lingkungan. Tesla memiliki Bitcoin dalam aset investasinya.
Pasar masih memantau rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan dimulai malam ini. Meski bank sentral diprediksi tak akan mengubah suku bunga acuan, tetapi komennya seputar inflasi dan laju pembelian The Fed atas surat berharga bakal menggerakkan pasar. Ketua The Fed, Jerome Powell dijadwalkan berpidato usai rapat tersebut.
"Karena pasar terus bergerak memantau arah aksi The Fed dan inflasi yang membayangi, kita bakal terus melihat narasi [tentang tren sepinya transaksi pada bulan Juni] terus terjadi dalam jangka pendek," tutur Direktur Pelaksana E-Trade Financial Chris Larkin, dikutip CNBC International.
Jika ada sinyal yang menunjukkan bahwa kebijakan moneter ketat berpeluang diambil tahun ini, atau lebih cepat dari proyeksi sebelumnya pada 2023 atau pengurangan (tapering) pembelian obligasi benar dilakukan dalam waktu dekat, maka Wall Street akan bergerak volatil.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
